Ini Tentang Kisahku. Program Sarjana Desa ITB Ahmad DAHLAN Jakarta -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Ini Tentang Kisahku. Program Sarjana Desa ITB Ahmad DAHLAN Jakarta

, 5/30/2022 12:22:00 PM

Penulis : Puji Lestari.

Ini tentang kisah ku.

Program Sarjana Desa ITB Ahmad DAHLAN Jakarta



Aku awalnya adalah wanita yang jauh dari hal-hal positif dalam hidup. aku selalu beranggapan negative terhadap  kehidupan. Aku berpura –pura jadi orang baik padahal aku punya hati busuk menurutku. Aku selalu iri dengan bahagianya orang lain dan apa yang dimiliki orang lain. Aku tidak bersyukur atas nikmat yang  Allah berikan padaku. Menjalani kehidupan dalam kepura-puraan. Aku seoalh biasa saja bila disakiti,padahal aku mengumpat dalam hati dan mendoakn yang buruk kepada orang yang menyakitiku.



Aku bahkan sering menyakiti hati Ayahku , Ibuku, saudara-saudara ku hanya karena keegoisan ku. Akulah sosok manusia paling jahat didunia menurutku. Aku bahkan pernah terniat untuk menjauh dari kehidupan, membebaskan diri dari aturan-aturan kehidupan walau  nyatanya tidak pernah ku lakukan.



Sampai ketika aku merawat Ayah dan Ibuku yang sakit, aku katakana pada dunia aku adalah anak paling berbakti pada mereka, padahal kenyataannya ada ketidak ikhlasan ketika aku merawat mereka ada rasa jenuh ,rasa marah dan ras ketidak tulusan. . Aku terkadang tidak peduli pada sakit yang mereka rasakan.  Aku adalah manusia paling jahat dimuka bumi ini. sampai akhirnya aku tahu sakit yang ayah dan ibuku derita bukan lah sakit biasa. Aku mulai khawatir tentang kehidupan ku. Aku mulai menyesal tentang rasa yg pernah ada dalam hatiku , dan sakitnya aku mulai takut untuk kehilangan mereka. 



Detik dari vonis sakitnya mereka yang tidak pernah kuduga , seoalah meruntuhkan keegoisan dan rasa busuk dalam hatiku. Aku mulai menyadari bahwa aku mungkin akan kehilangan mereka selamanya. Aku ulurkan keihlasan dalam hatiku untuk merawat mereka, walaupun sesekali masih saja hatiku ini tidak baik. 



Sampai pada akhirnya Ayahku dipanggil oleh Allah, aku meronta , aku takut , aku maki Ibuku, aku menyalahkan Ibuku atas kepergiannya. Aku menyalahkan seseorang yang jelas –jelas sedang sakit dan juga kehilangan atas kepergian Ayahku. Aku katakana Ibuku tidak bisa  menjaga Ayahku. Aku lampiaskan kan kesedihan dan rasa bersalahku pada Ayah karena tidak pernah jadi anak yang baik  untuknya, tanpa memikirkan perasaan Ibuku . aku adalah manusia paling hina dibumi ini. aku munafik, aku jahat, aku tidak tahu bagaimana caranya menggambarkan buruknya diriku ini.



11 bulan berlalu kepergian Ayahku, selama itu aku mulai menyadari kesalahan dalam hidupku. Sampai akhirnya aku mengerti cara membahagiakan Ibuku, aku merawatnya dengan tulus selama 11 bulan itu. Kami saling tertawa lepas meski dia dalam keadaan sakit dan dalam pengobatan. Aku menyadari betapa berartinya ayah dan ibuku. Masa itu aku ingin selalu dekat dengan ibuku, bahkan niat jahat terjadi lagi dalam diriku. Aku ingin meninggalkan keluarga kecil ku, keluarga yang telah 10 tahun aku bina. Aku hanya ingin hidup berdua dengan ibuku tanpa perdulikan suami dan anakku. Aku bahkan selalu marah padanya , jika dia meminta ku pulang. Karena memang rumahku dan rumah ibuku jauh. Aku diselatpanjang, ibuku dipekanbaru. Aku yang selalu saja mengulang untuk pulang tanpa perdulikan banyaknya uang suamiku yang terkuras karena ulahku yang selalu saja ingin pulang dan dekat dengan ibuku. 



Dan beruntungnya aku memiliki lelaki yang sabar menghadapi tingkah gilaku. 11 bulan setelah kepergian ayahku , aku lebih banyak tinggal bersama ibuku. Menjalani hari-hari seperti anak gadis yang tanpa beban. Aku ingin berbakti pada ibuku tapi ku meninggalkan surgaku. Aku pernah berujar ingin pisah dengannya. Aku katakan aku tidak tahan hidup dengan lelaki sepertinya. Itu semua karena rasa ketakutan ku atas sakitnya ibuku. Aku tidank ingin menjadi yatim piatu. Meski aku sebenarnya mengetahui bahwa aku akan jadi yatim piatu. Aku tahu itu  didetik terakhir hasil lab. Ibuku. Aku berdusta padanya , aku katakana dia akan baik-baik saja. Mulai hari itu aku tidak bisa menahan air mataku yang selalu saja mengalir dengan sendirinya. Aku pikir aku tidak lagi punya air mata karena telah kuhabiskan diawal pernikahanku. 



Masa demi masa aku mulai menyadari bahwa aku akan kehilangan ibuku. Aku yang selalu tersenyum dalam tangisan, aku tak mampu menangis didepannya. Aku selalu menguatkannya dan mengatakan, “Ibu…….. kamu akan sembuh”. Aku yang berjanji akan mengajaknya jalan jika dia sembuh, bahkan didetik sakitnya aku menuruti semua ingiinnya. Dia ingin jalan dengan ku naik bus, seperti masa aku gadis dulu. Dia ingin ke mall, kepasar, aku membawanya. Bahkan dia ingin belajar naik motor,aku ajari dia. Semua yg dia katakana aku turuti. Ibu……. Kenapa ketika kamu tiada baru aku menyadari berartinya dirimu.



Ibu… kenapa aku dulu selalu mengabaikan mu, perhatianmu, kasih sayangmu….. ibu… wajahmu selalu saja terbayang dipelupuk mataku.. ibu… aku masih bisa  mendengar dengan jelas suaramu ,wajahmu. Dan aku bisa melihat jelas perhatianmu yang sering ku abaikan.



Dan… 11 bulan itu berlalu sangat cepat. Tepat di 13 Mei 2020 ibuku meninggalkanku untuk selamanya. Aku kehilangan separuh jiwaku, aku baru manyadari bahwa separuh jiwa ini milik ibuku. Aku yang kini hidup dengan separuh jiwa mulai berjuang , aku berjuang membahagiakan keluargaku. Aku tidak ingin ditinggalkan , aku ingin selalu bahagia, seperti ayah dan ibuku melihatku dulu tanpa tahu yang aku rasakan. 



Aku yang mulai berjuang untuk hidup menjadi lebih baik, berkali-kali ditemukan dengan orang- yang menjadikan ku harus menjadimorang jahat. Aku yan berulang kali disakiti, padahal aku selalu berjuang menjadi yang terbaik. Tapi Tuhan selalu saja menguji hidupku.



Diantara kebahagiaan yg tidak seberapa , aku yang ingin belajar menjadi orang baik selalu saja teruji dengan orang –orang yang kutemui. Hingga akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk kembali duduk dibangku sekolah. Melanjutkan pendidikan di universitas ITB AD. Universitas yang bisa belajar secara onine tanpa aku harus meninggalkan keluargaku. Mungkin aku hanya akan menghabiskan banyak waktu untuk studiku. Dan akhirnya bahagiaku mulai terlihat satu persatu , aku dipertemukan dengan orang-orang ikhlas membantuntanpa pamrih. Orang-orang yang selalu saj a mau aku repotkan . hai friend “ aku padamu”.



Setelah mengalami banyak kesakitan akhirnya aku menemukan banyak kebahagiaan. Keluarga bahagia, kerjaan yang lancer, sekolah lancar dan teman – teman yang baik. Sampai aku merasa kan ketakutan, aku takut jika nanti ditinggalkan , aku takut jika semau ini pergi. Hingga akhirnya bahagia yang sangat luar biasa ini aku tidak memperlihatkannya. aku ingin hidup menikmati bahagia biasa saja dan ketika sedih aku juga akan biasa saja.



Dari segala hikmah akhirnya aku mendewasa dengan sendirinya, aku sudah bisa hidup mandiri. Umurku saja yang tua , tapi aku tidak tahu apa-apa tentang hidup ini. 



Ayah , ibu, aku bahagia saat ini, atas doamu atas ridhomu…

Sekian… 

Penulis : Puji Lestari

TerPopuler

close