Melihat Kilas Balik Masa Muda Pramoedya Ananta Toer -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Melihat Kilas Balik Masa Muda Pramoedya Ananta Toer

, 4/04/2022 04:39:00 AM

Pramoedya Ananta Toer (foto : istimewa)


Vnn.co.id, Jakarta- Pramoedya Ananta Toer atau akrab disapa Pram, adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang sangat aktif dalam menulis.

Ia lahir di Blora, pada 6 Februari 1925 dengan nama Pramoedya Ananta Mastoer. Pram menghilangkan awalan Jawa “Mas” pada namanya dan hanya menggunakan “Toer”, karena merasa terlalu terkesan aristokratik. Ia merupakan anak sulung dari delapan bersaudara. Ayahnya, Mastoer, adalah seorang guru, sementara ibunya yang bernama Oemi Saidah merupakan seorang pedagang nasi.

Bakat menulis sejak belia
Ayah Pram adalah seorang yang keras dan disiplin dengan hobi menulis. Tidak heran apabila ia juga memiliki bakat menulis. Ibunya yang selalu menyayangi Pram dan menjadi benteng dari kekasaran perlakuan sang ayah. Sikap sang ayah, yang sering menekannya sejak kecil, membuat keadaan psikologis Pram menjadi tidak stabil. Ia sering merasa terkucilkan, terasingkan, minder, dan tidak berguna. Keadaan ini membuatnya susah untuk berkomunikasi dengan orang lain secara baik dan benar.

Namun, hal itu juga yang mungkin menjadikannya gemar mencurahkan perasaan lewat tulisan. Pram senang mengumpulkan bekas bungkus rokok untuk dijadikan alas menulis. Ia biasanya mengajak teman-temannya bermain di halte Pasar Blora seusai mengikuti pelajaran sekolah. Disitu, Pram mengajak mereka untuk mencari bungkus rokok. Selain dijadikan alas menulis, terkadang bungkus rokok yang dikumpulkan juga dibuat mainan.

Masa pendidikan Pram
Semasa muda, Pram menempuh pendidikan di sekolah dasar Institut Boedi Oetomo di Blora. Saat itu, ia pernah tidak naik kelas sebanyak tiga kali. Ayahnya, yang merupakan kepala sekolah, merasa sangat malu dan menganggapnya sebagai anak bodoh. Bahkan, setelah Pram lulus pun, sang ayah tidak mau mendaftarkannya ke jenjang sekolah berikutnya.

Menanggapi hal itu, ibunya memilih untuk membiayai dan menyekolahkan Pram di Radio Vackschool (sekolah telegraf). Pram sebenarnya lulus dari sekolah ini, tetapi tidak sempat mendapat sertifikat kelulusan karena bertepatan dengan kedatangan Jepang ke Indonesia. Selanjutnya, ia bersekolah di Taman Dewasa/Taman Siswa (1942-1943) dan mengikuti kursus di sekolah Stenografi (1944-1945), agar bisa menjadi juru ketik cepat dan menjadi stenograf. Pada 1945, saat bekerja di kantor berita Jepang, Domei, Pram mendaftar kuliah filsafat dan sosiologi di Sekolah Tinggi Islam.

Menjadi tulang punggung keluarga 
Saat Pram berusia 17 tahun, sang ibu meninggal, yang kemudian disusul oleh adiknya yang masih berusia tujuh bulan bernama Soesanti. Setelah kejadian itu, ia menjadi tulang punggung keluarga di usia yang masih muda. Pasalnya, sang ayah, yang sebenarnya seorang kepala keluarga, malah mempunyai hobi berjudi. Keadaan ini membuat Pram berjuang mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan adik-adiknya. Pram kemudian memutuskan hijrah ke Jakarta dengan membawa semua adiknya. Sembari meneruskan pendidikannya, ia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Hidup Pramoedya cukup menderita di masa mudanya. Namun, hal itulah yang mungkin membentuknya menjadi seorang sastrawan yang peka terhadap kepedihan dan kesengsaraan rakyat kecil.

Jurnalis : Vedha
Editor : Ramdhan

TerPopuler

close