Dosen Psikologi UM Surabaya : Flexing Berkaitan dengan Perasaan Insecure -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Dosen Psikologi UM Surabaya : Flexing Berkaitan dengan Perasaan Insecure

, 3/24/2022 11:19:00 AM

Ilustrasi (foto : istimewa)


Vnn.co.id, Jakarta - Fenomena flexing atau pamer di media sosial baik bentuk fisik, barang-barang, atau hal lain yang dianggap lebih unggul dari orang lain masih ramai dibahas. Dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Surabaya Dewi Ilma Antawati menjelaskan penyebab seseorang flexing atau pamer harta hingga pencapaian.

Ilma mengatakan, dalam psikologi klinis perilaku flexing dikaitkan dengan rasa tidak aman (insecurity) yang dimiliki seseorang, sehingga ada dorongan untuk memamerkan apa yang menurutnya unggul pada orang lain.

"Itulah sebabnya ada orang yang merasa tidak percaya diri datang ke pesta atau acara-acara tertentu jika tidak mengenakan barang yang bermerek, dan lebih nyaman jika datang mengenakan barang bermerek, karena adanya kekhawatiran tidak diterima atau dianggap rendah oleh orang lain," jelas Ilma dalam laman resmi UM Surabaya, Rabu (16/3/2022).

Ia menambahkan, perilaku flexing termasuk dalam insting manusia saat menjalin relasi. Ia memberikan perumpamaan seekor merak akan memamerkan ekor indahnya untuk menarik perhatian lawan jenisnya.

Apa Dampak Flexing?

Ternyata, perilaku flexing dapat berdampak pada relasi dengan orang lain, khususnya ketika berada di lingkungan baru. Ilma mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa bukannya semakin diterima dalam lingkungan baru, flexing malah akan membuat seseorang semakin terasingkan atau sulit bergaul.

Ia menambahkan, dalam hasil penelitian lain, perilaku flexing secara finansial juga berdampak pada meningkatnya konsumerisme. Sebab, perilaku belanja dilakukan untuk meningkatkan status sosial, bukan murni karena kebutuhan.

Cara Menghadapi Flexing

Ilma memberikan penjelasan bagaimana masyarakat dapat menyikapi flexing. Ia mengatakan, jika dalam posisi pengamat, maka respon kita tidak perlu berlebihan terhadap orang yang melakukan flexing. Kita cukup memahami mengapa seseorang melakukan hal tersebut.

"Untuk mencegah agar kita tidak menjadi pelaku (flexing), maka kita perlu mengenal kekuatan dan kelemahan diri, menerima kekuatan dan memaafkan kelemahan yang dimiliki, berusaha terus melakukan pengembangan diri, serta meningkatkan empati dengan cara memperbanyak kegiatan sosial dan berbagi dengan orang lain," jelasnya.


Jurnalis : Vedha
Editor : Ramdhan

TerPopuler

close