Pandemi Belum Berakhir! Bersykur dan Optimis Tragis Membantu Melindungi Anda! -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Pandemi Belum Berakhir! Bersykur dan Optimis Tragis Membantu Melindungi Anda!

, 10/09/2021 07:50:00 PM
Ilustrasi.

Vnn.co.id, Gaya Hidup - Salah satu Psikolog, Killian, menyampaikan tulisannya bahwa bersyukur dan optimisme merupakan komponen penting dalam menangani masalah yang terjadi pada masa Pandemi Covid-19. Menurutnya, optimisme dan rasa syukur akan melindungi kesejahteraan dalam situasi yang penuh tekanan.


Bagaimana cara kerjanya?


Optimisme hadir ketika Anda mengakui saat-saat baik dan sulit, serta saat-saat menyenangkan dan sulit dalam hidup. Hal ini dikenal dengan sebutan optimisme tragis. Optimisme tragis adalah "optimisme dalam menghadapi tragedi" dan sikap penerimaan terlepas dari triad tragis rasa sakit, rasa bersalah, dan kematian. Hal tersebut tentu saja sangat berbeda dengan  optimisme tradisional atau yang umum Anda kenal, yaitu harapan terlepas dari kesusahan dan penderitaan. 


Killian mengilustrasikan, bagaimana pola berpikir antara optimisme yang beracun dengan optimisme tragis!


Optimisme beracun adalah kepositifan tidak peduli apa yang terjadi, menyanyikan "Semuanya akan datang mawar" sementara orang-orang di sekitar Anda mengalami berbagai bentuk duka dan kehilangan (yaitu 675.000 sesama warga telah meninggal karena COVID, dan itu banyak kerugian). Optimisme beracun adalah anti-inklusif dan agak mengabaikan perjuangan yang sangat nyata, sedangkan optimisme tragis mengakui bahwa hidup datang dengan saat-saat indah dan penderitaan. Optimisme tragis bergema dengan komponen Doa Ketenangan.


Lalu, apa itu syukur? Syukur adalah orientasi umum penghargaan terhadap kehidupan dan orang-orang di dalamnya dan telah terbukti berkontribusi pada kesejahteraan, hal ini merupakan pendapat dari Portocarrero. Penelitian terbaru menyampaikan bahwa tingkat rasa syukur yang lebih tinggi di awal pandemi, pada bulan Januari hingga Maret 2020, memprediksi bahaya psikologis yang lebih rendah dan kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi pada bulan April dan Mei 2020. Sikap bersyukur hadir karena Anda menyadari betapa kehidupan manusia sangat rapuh, dan seiring dengan itu Anda akan lebih cenderung menghargai orang, yang mengarah ke perilaku prososial yang mana sangat masuk akal.


Bagaimana seseorang dapat meningkatkan rasa syukur dan optimisme yang tragis?


Menurut Killian dalam Psychology Today, untuk meningkatkan hal itu, Anda dapat terlibat dalam aktivitas di bawah ini. Anda hanya perlu menanggapi perintah berikut:


“Ada banyak hal dalam hidup kita, baik besar maupun kecil, yang bisa kita anggap sebagai bentuk berkat. Bahkan, bisa jadi mereka yang membantu mencapai tujuan kita, atau hanya membuat hidup kita lebih mudah dengan hal-hal kecil. Jika kita menghargai upaya mereka, dan memperhatikan sifat sukarela dari tindakan mereka, kami memiliki alasan yang baik untuk merasa bersyukur. Tolong renungkan dan tuliskan tiga hal dalam hidup yang Anda syukuri.”


Untuk mengembangkan optimisme yang tragis, Anda dapat mengevaluasi kembali serangkaian harapan yang Anda bawa ke dalam setiap peristiwa dan pertemuan, dan menilai seberapa besar hal itu membatasi kemampuan Anda untuk hadir dan menerima hidup dengan semua momen indahnya dan juga beberapa keterbatasan sementara. Selanjutnya, Anda dapat merenungkan makna apa yang dapat diperoleh dari pengalaman yang sulit dan merugikan selama satu setengah tahun terakhir, serta apa yang telah dipelajari tentang diri Anda dan orang lain dan menerapkan pembelajaran tersebut.


Bersyukur dan optimis tragis bukan hal baru bagi masyarakat Indonesia, tetapi seringkali hal ini sulit untuk dilakukan. Latihan di atas dapat membantu Anda untuk mengembalikan rasa syukur maupun meningkatkan optimis tragis yang telah dibahas sebelumnya. Pandemi belum berakhir, harapan masih ada. Untuk itu, bersyukur dan optimis tragis bukanlah pilihan yang tidak bisa dilakukan untuk tetap menjaga kesejahteraan Anda.


Penulis: Shania Dea Menany Soputan

Editor: Mega


TerPopuler

close