Ilmuwan Uni Eropa Ungkap Kerusakan Otak Jangka Panjang yang Dapat Disebabkan oleh Covid -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Ilmuwan Uni Eropa Ungkap Kerusakan Otak Jangka Panjang yang Dapat Disebabkan oleh Covid

, 10/24/2021 05:37:00 PM


Ilustrasi otak: GeftyImages.

Vnn.co.id, Internasional - Sebuah penelitian di Eropa telah menemukan bahwa Covid-19 dapat memengaruhi pembuluh darah di otak manusia dalam sebuah penelitian yang telah menimbulkan lebih banyak pertanyaan tentang konsekuensi jangka panjang dari penyakit tersebut.

 

Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Prancis, Spanyol, dan Jerman tentang kerusakan otak jangka panjang, sudah dipublikasikan di media jurnal yang bernama Nature Neuroscience. Di dalam jurnal tersebut mengungkapkan, selain menyerang paru-paru, virus tersebut juga dapat membunuh sel-sel otak tertentu.

 

Mereka dikenal sebagai sel endotel dan terletak di sekitaran otak, melindungi otak kecil dan memfasilitasi aliran darah memblokir aliran darah 

 

Pembuluh Hantu

 

Para ilmuwan menemukan bahwa virus telah menghancurkan sel-sel endotel dengan mengamati pasien yang meninggal karena covid.

 

"Darah memasuki daerah otak yang seharusnya tidak terlihat adanya molekul yang meninggalkan aliran darah," kata rekan penulis laporan Vincent Prévot, dari pusat penelitian Inserm di Lille.

 

"Pada tahap kedua, ketika sel-sel endotel benar-benar mati, ini menciptakan semacam Ghost Vessel (Pembuluh hantu) di mana darah tidak lagi mengalir," lanjutnya.


Daerah kecil otak kekurangan oksigen dan glukosa dapat berakibat pada sakit yang berkelanjutan.

 

Singkatnya, ada risiko perdarahan mikro, tetapi tidak seserius stroke yang menunjukkan risiko berkurangnya aliran darah, yang dapat berakibat serius dan menyebabkan kematian yang cepat.

 

Kerusakan berpotensi reversibel

 

Temuan tersebut mengkhawatirkan dan mau tidak mau menimbulkan pertanyaan apakah orang yang terpapar covid akan menjadi korban masalah otak.

 

Pada contoh pertama, harus ditunjukkan bahwa kematian yang diamati jarang terjadi, tetapi berpotensi mengalami kerusakan otak yang reversible.

 

“Kami telah melihat bahwa pada hamster, yang mengembangkan bentuk Covid-19 yang sangat kecil, fenomena tersebut tampaknya dapat dibalik, jadi kami dapat berharap bahwa itu juga dapat dibalikkan pada manusia,” kata Prévot.

 

Kedua, sulit untuk mengetahui apakah sel-sel otak secara khusus rusak ketika seseorang tertular covid.

 

Studi menunjukkan ini bisa menjadi kasus untuk pasien yang mengembangkan bentuk penyakit yang parah. Namun, bagi orang-orang yang memiliki bentuk penyakit yang lebih kecil, tidak ada yang pasti.

 

"Untuk mengetahuinya, kami harus mengambil sampel darah setiap 10 menit selama seminggu untuk mengukur ada tidaknya virus dalam darah," ujar Prévot, lalu menegaskan, "sayangnya, ini tidak layak."

 

Dalam jangka panjang, ada juga pertanyaan apakah lesi pada otak akan tetap ada dan mempngaruhi kondisi penuaan otak yang rusak.

 

Mengambil contoh flu Spanyol, yang terjadi lebih dari satu abad yang lalu, orang yang tidak meninggal karena flu memiliki kemungkinan lebih besar terkena penyakit neurodegeneratif seperti Parkinson di kemudian hari.

 

Banyak pertanyaan yang belum terjawab dan akan membutuhkan waktu dan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkannya.


Penulis: Reivandy Arfian

Editor: Mega

TerPopuler

close