Gambar 'Seat At The Table' (YouTube/Jack Harries). |
Vnn.co.id, Tangerang - Perubahan iklim
atau Climate Change yang terjadi saat ini merupakan sebuah
permasalahan global yang sangat serius dan menyebabkan terjadinya krisis iklim.
Salah satu Content Creator YouTube
asal Inggris, Jack Harries menjadikan permasalahan ini sebagai latar belakang
dari kontennya. Melalui konten terbarunya yaitu ‘Seat at The Table: How The
Climate Crisis Affects Us All’ yang berfokus pada bagaimana krisis iklim
berdampak pada kehidupan kita saat ini dan apa yang harus dilakukan sebelum
krisis iklim menjadi semakin buruk.
Dalam episode pertama ‘Seat at The Table’ yang tayang perdana pada Senin (25/10) pukul 11.00 WIB malam kemarin, Jack melakukan wawancara kepada orang–orang yang terdampak krisis iklim dan mengunjungi salah satu tempat yang menjadi bukti nyata dari dampak krisis iklim. Pada episode ini juga menjelaskan bagaimana krisis iklim berdampak pada lingkungan tempat tinggal sebagian orang dan juga pekerjaan serta ekonomi masyarakat, terutama masyarakat kecil.
Salah satu warga
Negara Kamboja, Chhum Shim menceritakan bagaimana krisis iklim berdampak terhadap
dirinya dan keluarganya. Chhum Shim mengatakan bahwa perubahan iklim yang
terjadi memengaruhi ekonomi keluarganya, di mana sebelumnya ia adalah seorang
petani tetapi saat ini ia telah berganti profesi karena pola cuaca yang tidak
menentu akibat perubahan iklim telah membuatnya kesulitan untuk bertani.
“Dulu saya punya
sawah dan rumah. Kami menanam padi untuk konsumsi keluarga kami. Tapi telah
terjadi perubahan iklim, sehingga tidak ada cukup air untuk menanam dan memanen
padi,” ujar Chhum Shim dalam konten ‘Seat at The Table’ (26/10).
Karena tidak
memiliki cukup uang untuk membayar hutang–hutangnya, Chhum Shim pun menjual tanah
pertaniannya dan pergi ke ibu kota untuk mencari pekerjaan baru di tempat
pembakaran batu bata.
Cerita lainnya
mengenai dampak dari krisis iklim pun disampaikan oleh Mila yang tinggal di
sebuah pulau di negara Inggris, yaitu Kepulauan Scilly dan Aisyah yang
tinggal di salah satu Kota di Republik Maladewa. Mila dan Aisyah sama–sama tinggal
di daerah yang dikelilingi oleh laut, mereka merasa khawatir bahwa tempat
tinggal mereka akan menghilang dalam beberapa tahun ke depan karena kenaikan
permukaan air laut yang semakin buruk akibat perubahan iklim yang terjadi.
“Sekitar 12.000
tahun yang lalu, semua pulau berbatu (di Kepulauan Scilly) yang Anda lihat
saling terhubung. (Dahulu) Kepulauan Scilly hanyalah sebuah satu pulau yang
besar,” jelas seorang Ilmuwan Iklim di University of Exeter, Rob Barnett dalam
wawancaranya bersama Jack Harries di Seat at The Table.
Dampak dari perubahan iklim yang terjadi saat ini sangatlah nyata. Krisis iklim yang disebabkan oleh perubahan iklim ini harus segera diatasi dengan baik. Karena jika tidak melakukan apa pun, maka generasi kita selanjutnya akan mengalami kesulitan dan tidak akan dapat merasakan indahnya alam seperti masa kecil kita.
“(Jika tidak
melakukan tindakan apa pun) maka seluruh wilayah di dunia di mana tempat orang
tinggal saat ini akan menjadi tidak dapat dihuni,” ujar Sejarawan Alam asal
Inggris, David Attenborough dalam wawancaranya bersama Jack Harries di Seat at
The Table.