Tantangan Pembelajaran Daring Bagi Masyarakat Menengah ke Bawah -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Tantangan Pembelajaran Daring Bagi Masyarakat Menengah ke Bawah

, 9/18/2021 03:14:00 PM

 

Ilustrasi belajar online: MediaLampung.

Vnn.co.id, Pendidikan - Pada masa pandemi ini, banyak aktivitas yang mengharuskan keluar rumah menjadi terganggu. Salah satunya adalah proses pembelajaran yang harus dilakukan via online. Hingga hari ini, masih banyak tantangan dan halangan belajar online yang dialami oleh siswa hingga mahasiswa. Apalagi untuk masyarakat yang mengalami ekonomi sulit dan tidak memiliki fasilitas yang memadai. Berikut tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat:


Jaringan Internet yang Lambat

Salah satu masalah utama yang banyak dihadapi oleh siswa maupun mahasiswa adalah jaringan internet yang lambat. Padahal, pembelajaran daring membutuhkan jaringan internet yang cukup kuat mengingat media yang digunakan berupa Zoom, Google Meet, Skype, dan aplikasi lainnya untuk menghadiri video conference. Permasalahan teknis seperti suara yang putus-putus dan video yang berhenti menyebabkan pembelajaran tidak efektif dan murid tidak dapat menyerap informasi yang disampaikan guru secara utuh.

Bahkan, Indonesia menempati negara dengan urutan terbawah dari negara OECD terkait terbatasnya ketersediaan akses jaringan internet. Inilah yang menjadi tantangan bagi Kementerian Pendidikan dalam memaksimalkan potensi yang ada.


Harga Kuota Internet yang Mahal


Selain jaringan internet yang sangat lambat, terutama untuk mereka yang berada di daerah-daerah pedalaman atau di luar Pulau Jawa, tantangan dan halangan belajar online selanjutnya adalah harga kuota internet yang terlalu mahal bagi sebagian besar orang.

Apalagi paket internet yang mahal tersebut seringkali dibatasi untuk besaran kuota tertentu saja yang tentunya tidak cukup untuk kebutuhan para siswa menjalankan video conference dengan gurunya. Seperti yang kita ketahui bahwa kuota yang dibutuhkan untuk video conference tentu saja sangat besar.

Sementara rata-rata harga paket internet dari provider di Indonesia tergolong cukup mahal, terutama untuk rata-rata pendapatan masyarakat. Ditambah lagi paket internet tersebut hanya bisa digunakan oleh satu orang untuk satu perangkat dan tidak untuk seluruh anggota keluarga.


Terbatasnya Akses ke Perangkat Komputer dan Smartphone


Masih banyak pelajar di Indonesia yang tidak memiliki akses ke perangkat komputer dan smartphone. Hal ini biasa dialami oleh pelajar yang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Terkadang, satu-satunya perangkat telekomunikasi yang dimiliki oleh keluarga hanya handphone biasa tanpa akses internet. Kondisi ini menyebabkan tidak meratanya akses pembelajaran daring bagi seluruh pelajar di Indonesia.

Keterbatasan akses ke perangkat yang terhubung dengan internet ini banyak dialami, terutama oleh pelajar yang berasal dari desa dan pedalaman. Banyak juga siswa yang merengek untuk dibelikan gadget namun orang tuanya tidak memiliki biaya yang cukup sehingga harus mengungsi dengan teman sekelasnya.


Banyaknya Gangguan di Rumah


Perbedaan utama dari belajar di sekolah atau kampus dengan belajar di rumah adalah tingkat distraksi yang dialami oleh para pelajar. Ketika pelajar belajar di ruang kelas, maka lingkungan ruangan tersebut sudah diatur sedemikian rupa untuk mendukung proses pembelajaran agar berjalan lancar. Hal ini berbeda dengan proses belajar mengajar dari rumah. Tidak semua pelajar memiliki kondisi rumah yang sama untuk mendukung proses belajar. Banyak dari pelajar tidak memiliki ruang belajar yang sunyi, senyap, mendapat sinar yang mencukupi, dan nyaman.

Ditambah seringkali aktivitas di lingkungan rumah menyebabkan distraksi yang cukup banyak bagi pelajar. Distraksi tersebut sangat beragam, mulai dari distraksi suara, distraksi pandangan, dan banyak lainnya yang menyebabkan pelajar tidak dapat fokus belajar.


Guru dan Pelajar Masih Belum Lihai Menggunakan Teknologi Digital


Selama ini, masyarakat hanya mengenal proses belajar secara tatap muka. Proses pembelajaran secara daring masih sangat langka dilakukan di Indonesia sehingga perubahan sistem belajar dari tatap muka menjadi daring membuat banyak pihak harus segera beradaptasi dengan teknologi digital.

Penggunaan teknologi digital yang harus dipelajari mulai dari perangkat keras hardware hingga software atau aplikasi. Banyak pihak seperti guru hingga pelajar yang tidak terlalu paham menjalankan fitur tertentu di dalam software sehingga pembelajaran tidak maksimal.


Sulit untuk Interaktif


Meski hal ini tidak selalu terjadi, namun umumnya proses belajar-mengajar yang dilakukan secara online menyebabkan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung secara interaktif. Banyak siswa yang merasa bingung dengan suatu materi, akan tetapi kesulitan untuk bertanya kepada guru.

Hal ini terkadang juga disebabkan oleh guru yang menyampaikan materi secara satu arah saja dan tidak memberi kesempatan murid untuk bertanya. Apalagi di beberapa kasus, guru seringkali tidak mengadakan video conference dan hanya memberikan materi tertulis dan video penjelasan saja kepada siswa.

Hal ini tentu menyulitkan para siswa untuk memahami dan bertanya terkait materi tertentu kepada guru. Alhasil, proses belajar mengajar menjadi tidak efektif untuk siswa.


Siswa Bermain-main


Banyak siswa yang bermain-main ketika belajar online karena merasa tidak diawasi oleh guru secara langsung. Para guru pun kesulitan untuk memantau perkembangan siswa. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi yang baik antara guru dan wali murid.

Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kendala yang dialami siswa ataupun mahasiswa menjadi sangat kompleks jika dipikir melalui biaya yang dibutuhkan. Pemerintah seharusnya memikirkan dampak ke depannya jika terus dilakukan pembelajaran daring.

 

Penulis: Isnatul Fajar Khoela Ani
Editor: Mega

TerPopuler

close