|
Ilustrasi belajar online: MediaLampung. |
Vnn.co.id, Pendidikan - Pada masa pandemi ini, banyak aktivitas yang
mengharuskan keluar rumah menjadi terganggu. Salah satunya adalah proses
pembelajaran yang harus dilakukan via online. Hingga hari ini, masih
banyak tantangan dan halangan
belajar online yang dialami oleh siswa hingga mahasiswa. Apalagi untuk
masyarakat yang mengalami ekonomi sulit dan tidak memiliki fasilitas yang
memadai. Berikut tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat:
Jaringan
Internet yang Lambat
Salah satu masalah
utama yang banyak dihadapi oleh siswa maupun mahasiswa adalah jaringan internet
yang lambat. Padahal, pembelajaran daring membutuhkan jaringan internet yang
cukup kuat mengingat media yang digunakan berupa Zoom, Google Meet, Skype, dan
aplikasi lainnya untuk menghadiri video conference. Permasalahan teknis seperti
suara yang putus-putus dan video yang berhenti menyebabkan pembelajaran tidak
efektif dan murid tidak dapat menyerap informasi yang disampaikan guru secara
utuh.
Bahkan, Indonesia menempati negara dengan urutan terbawah dari negara OECD
terkait terbatasnya ketersediaan akses jaringan internet. Inilah yang menjadi
tantangan bagi Kementerian Pendidikan dalam memaksimalkan potensi yang ada.
Harga
Kuota Internet yang Mahal
Selain jaringan
internet yang sangat lambat, terutama untuk mereka yang berada di daerah-daerah
pedalaman atau di luar Pulau Jawa, tantangan
dan halangan belajar online selanjutnya adalah harga kuota internet
yang terlalu mahal bagi sebagian besar orang.
Apalagi paket internet yang mahal tersebut seringkali dibatasi untuk besaran
kuota tertentu saja yang tentunya tidak cukup untuk kebutuhan para siswa
menjalankan video conference dengan gurunya. Seperti yang kita ketahui bahwa
kuota yang dibutuhkan untuk video conference tentu saja sangat besar.
Sementara rata-rata harga paket internet dari provider di Indonesia tergolong
cukup mahal, terutama untuk rata-rata pendapatan masyarakat. Ditambah lagi paket
internet tersebut hanya bisa digunakan oleh satu orang untuk satu perangkat dan
tidak untuk seluruh anggota keluarga.
Terbatasnya
Akses ke Perangkat Komputer dan Smartphone
Masih banyak pelajar
di Indonesia yang tidak memiliki akses ke perangkat komputer dan smartphone.
Hal ini biasa dialami oleh pelajar yang berasal dari keluarga menengah ke
bawah. Terkadang, satu-satunya perangkat telekomunikasi yang dimiliki oleh
keluarga hanya handphone biasa tanpa akses internet. Kondisi ini menyebabkan
tidak meratanya akses pembelajaran daring bagi seluruh pelajar di Indonesia.
Keterbatasan akses ke perangkat yang terhubung dengan internet ini banyak
dialami, terutama oleh pelajar yang berasal dari desa dan pedalaman. Banyak juga
siswa yang merengek untuk dibelikan gadget namun orang tuanya tidak memiliki
biaya yang cukup sehingga harus mengungsi dengan teman sekelasnya.
Banyaknya
Gangguan di Rumah
Perbedaan utama dari
belajar di sekolah atau kampus dengan belajar di rumah adalah tingkat distraksi
yang dialami oleh para pelajar. Ketika pelajar belajar di ruang kelas, maka
lingkungan ruangan tersebut sudah diatur sedemikian rupa untuk mendukung proses
pembelajaran agar berjalan lancar. Hal ini berbeda dengan proses belajar
mengajar dari rumah. Tidak semua pelajar memiliki kondisi rumah yang sama untuk
mendukung proses belajar. Banyak dari pelajar tidak memiliki ruang belajar yang
sunyi, senyap, mendapat sinar yang mencukupi, dan nyaman.
Ditambah seringkali aktivitas di lingkungan rumah menyebabkan distraksi
yang cukup banyak bagi pelajar. Distraksi tersebut sangat beragam, mulai dari
distraksi suara, distraksi pandangan, dan banyak lainnya yang menyebabkan
pelajar tidak dapat fokus belajar.
Guru
dan Pelajar Masih Belum Lihai Menggunakan Teknologi Digital
Selama ini, masyarakat
hanya mengenal proses belajar secara tatap muka. Proses pembelajaran secara
daring masih sangat langka dilakukan di Indonesia sehingga perubahan sistem
belajar dari tatap muka menjadi daring membuat banyak pihak harus segera
beradaptasi dengan teknologi digital.
Penggunaan teknologi digital yang harus dipelajari mulai dari perangkat keras
hardware hingga software atau aplikasi. Banyak pihak seperti guru hingga
pelajar yang tidak terlalu paham menjalankan fitur tertentu di dalam software
sehingga pembelajaran tidak maksimal.
Sulit
untuk Interaktif
Meski hal ini tidak
selalu terjadi, namun umumnya proses belajar-mengajar yang dilakukan secara
online menyebabkan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung secara
interaktif. Banyak siswa yang merasa bingung dengan suatu materi, akan tetapi kesulitan untuk bertanya kepada guru.
Hal ini terkadang juga disebabkan oleh guru yang menyampaikan materi secara
satu arah saja dan tidak memberi kesempatan murid untuk bertanya. Apalagi di
beberapa kasus, guru seringkali tidak mengadakan video conference dan hanya
memberikan materi tertulis dan video penjelasan saja kepada siswa.
Hal ini tentu menyulitkan para siswa untuk memahami dan bertanya terkait materi
tertentu kepada guru. Alhasil, proses belajar mengajar menjadi tidak efektif
untuk siswa.
Siswa
Bermain-main
Banyak siswa yang
bermain-main ketika belajar online karena merasa tidak diawasi oleh guru secara
langsung. Para guru pun kesulitan untuk memantau perkembangan siswa. Oleh
karena itu, dibutuhkan koordinasi yang baik antara guru dan wali murid.
Dari penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kendala
yang dialami siswa ataupun mahasiswa menjadi sangat kompleks jika dipikir
melalui biaya yang dibutuhkan. Pemerintah seharusnya memikirkan dampak
ke depannya jika terus dilakukan pembelajaran daring.
Penulis: Isnatul Fajar Khoela Ani
Editor: Mega