Foto oleh Pixabay dari PExel.com. |
Vnn.co.id, Kesehatan - Baru-baru ini, dunia pendakian sedang dilanda duka, tiga orang pendaki meninggal di Gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan. Hal ini menambah daftar panjang pendaki yang meninggal saat beraktivitas di gunung.
Dikutip
dari Republika.com, penyebab terjadinya korban meninggal di gunung bawakaraeng
karena cuaca buruk beserta badai yang melanda dan kehabisan bahan makanan.
Di sisi lain, penyebab terjadinya ialah korban mengalami hipotermia berat
atau penurunan suhu tubuh secara drastis.
Hipotermia sendiri menjadi momok menakutkan bagi pendaki profesional ataupun pemula, karena tidak jarang para pendaki mengalami hal tersebut saat akan menuju summit atau puncak gunung. Selain itu, juga dapat diperparah dengan kondisi cuaca yang buruk. Jadi, apa itu hipotermia? Yuk, simak penjelasanya !
Apa
itu Hipotermia?
Mengutip
dari Alodokter.com, hipotermia adalah penurunna suhu tubuh secara drastis di bawah
35ºC. Ketika mengalami hipotermia, fungsi sistem saraf dan bagian organ lainnya
akan mengalami gangguan, jika tidak langsung ditangani akan menyebabkan
gagal jantung, gangguan sitem pernapasan, hingga kematian.
Dalam
dunia pendakian, penyebab terjadinya hipotermia ialah karena kurangnya pemahamam
mengenai persiapan sebelum melakukan pendakian. Dalam hal lain, biasanya dapat
dipengaruhi fisik seseorang dan juga cuaca buruk.
Pencegahan
hipotermia
Hipotermia
ketika dalam mendaki dapat dicegah dengan beberapa langkah, seperti meggunakan
pakaian kering setelah pendakian atau sesaat tenda telah dibagun. Membawa jaket
tebal seperti jaket bulu angsa atau semacamnya dengan ditambah outer agar suhu
tubuh tetap hangat. Menggunakan sarung tangan tebal dan juga kupluk bila
diperlukan.
Selain
itu, kita dapat mencegahnya dengan mengisi perut sepanjang waktu, tidak mendaki
di malam hari, dan dapat mengakhiri pendakian apabila salah satu anggota
pedakian suhu tubuhnya tidak normal. Banyak pendaki yang tidak
memperhatikan pencegahan tersebut, sehingga banyak sekali terjadi
kasus-kasus hipotermia.
Gejala
hipotermia
Gejala
hipotermia ini sangat bervariasi dan dapat dilihat scera langsung meskipun
sering luput dari perhatian, seperti kulit pucat dan merasa dingin ketika
dipegang, tubuh menggigil, dan respon menurun. Selain itu, dalam kondisi
seseorang mengalami hipotermia sedang, seseorang cenderung berhalusinasi,
gangguan dalam berbicara, hingga sulit bergerak.
Dalam
kondisi yang berat, hipotermia dapat dilihat dengan muntah, kulit membiru,
detak jantung melemah, tekakan darah menurun, hingga sesorang tersebut hendak
membuka seluruh pakaiannya karena merasa kulitnya kepanasan dan terbakar. Sebaiknya, saat seseorang sudah dalam kondisi gejala sedang, segera melapor pada ranger
atau pusat informasi dari gunung tersebut.
Penangan
hipotermia
Banyak
pendaki tidak tahu dan tidak memahami mengenai fisrt aid dalam mendaki gunung. Penangan
hipotermia ini sangat penting untuk diketahui pendaki karena ini merupakan
salah satu first aid atau pertolongan pertama saat pendakian.
Dilansir
dari Alodokter.com, jika teman kelompok sudah menampakkan gejala hipotermia,
segara pindahkan orang tersebut ke dalam tenda secara hati-hati, karena jika
terlalu banyak gerakan dapat memicu denyut jantung berhenti. Ganti pakaain
basah dengan pakaian kering dengan menambahkan jaket tebal beserta kaos kaki,
sarung tangan, dan kupluk sebagai penghangat, bila perlu tambahkan sleeping
bag.
Jika
masih menggigil peluk erat tubuhnya, dan bila memungkinkan membuat api unggun
dekat dengan tenda agar dapat menghantarkan hangat. Baiknya jika sudah seperti
ini jangan melanjutkan untuk mendaki dan segera melapor ke pusat informasi
pendakian agar segera dievakuasi.
Ketika teman yang terkena hipotermia sudah sadar dan suhu tubuh normal, berikan air minum hangat dan manis. Dapat juga memberikan kompres hangat dan kering pada bagian leher, dada, dan selangkangan. Serta pantau terus orang yang mengalai hal tersebut sampai tim evakuasi datang.
Penulis: Rizky Dwi Fajarudin