Vnn.co.id, Tangerang - Pandemi Covid-19 yang telah melanda Indonesia sejak
awal tahun 2020 memberikan banyak dampak yang sangat beragam, bukan hanya
berdampak pada kesehatan saja namun adanya pandemi ini juga berdampak pada psikologi
seseorang, seperti yang dialami oleh anak – anak. Karena pandemi, anak – anak diharuskan
belajar di rumah dan tidak dapat berpergian kemanapun, dimana hal tersebut
dapat menimbulkan stress pada anak. Selain
itu, anak – anak juga cenderung menerima kekerasan selama di rumah, hal ini
terbukti dengan meningkatnya kasus kekerasan anak selama pandemi.
Dilansir dari cnnindonesia, Survei Global Save The
Children pada tahun 2020 di 46 Negara termasuk Indonesia, dimana data tersebut
menunjukkan secara nyata dampak pandemi tersembunyi yang dialami oleh anak -
anak, diantaranya ialah anak – anak lebih beresiko mengalami kekerasan domestik
yang bahkan resikonya meningkat sebanyak tiga kali lipat dari sebelum masa pandemi
Covid-19 melanda.
“Tren kasus
pelanggaran hak anak di era pandemi Covid-19 berubah dibanding tahun – tahun sebelumnya.
Kondisi Covid-19 berdampak pada kasus yang dialami oleh anak,” kata KPAI yang
dikutip dari cnnindonesia pada Senin
(30/08).
Berdasarkan data dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA) per tanggal 30 Agustus 2021, tercatat sebanyak 6,031 kasus kekerasan yang dialami oleh anak dari berbagai rentang usia. Berikut data rincian kasus kekerasan yang dialami oleh anak - anak:
§ Anak usia 0 – 5 tahun sebanyak 722 kasus
§ Anak usia 6 – 12 tahun sebanyak 1,822 kasus
§ Anak usia 13 – 17 tahun sebanyak 3,487 kasus
Kekerasan pada
anak yang terjadi dalam rumah tangga biasanya tak luput dari perilaku orangtua
atau anggota keluarga lainnya. Perilaku orangtua yang menimbulkan kekerasan
pada anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor kondisi ekonomi,
lingkungan dan juga faktor masa lalu atau pengalaman orangtua.
“selama masa pandemi
Covid-19 anak tidak pergi ke sekolah jadi orangtua secara full mendidik anaknya
di rumah. Orangtua yang melakukan kekerasan pada anak bisa dipengaruhi oleh
kebiasaan orangtua misalnya ada orangtua yang emang kebiasaannya mendidik anak
dengan cara yang kasar, ada juga yang dipengaruhi karena pikiran kolot
orangtua dimana didikan yang ia terima dulu saat kecil diterapkan kepada
anaknya saat ini,” jelas Nabilah Khairunnisa, Konselor Psikologi dalam
keterangannya pada Sabtu (28/08).
Nabilah
mengatakan bahwa di masa pandemi seperti saat ini dimana hampir semua orang
lebih banyak menghabiskan waktu di rumah merupakan kesempatan untuk saling
merekatkan hubungan antara anggota keluarga. Banyak hal yang dapat dilakukan
agar dapat menjalin hubungan yang akrab dengan keluarga seperti meluangkan
waktu untuk berkumpul dan saling bicara mengenai diri masing – masing entah itu
kesenangan atau kesulitan agar sesame anggota keluarga dapat saling memahami
dan mengerti. Jika setiap anggota keluarga saling memahami satu sama lain dan
memiliki hubungan yang dekat maka kekerasan tidak akan terjadi dalam rumah
tangga.
Reporter : Alfi
Khaerotunnisa