Ramuan Herbal Penangkal Covid-19, Yuwono: Asal Resepnya dari Peneliti Unair -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Ramuan Herbal Penangkal Covid-19, Yuwono: Asal Resepnya dari Peneliti Unair

, 7/07/2021 05:07:00 PM

 

Yuwono atau akrab disapa Pak Wahyu saat memperlihakan cara meracik ramuan herbal penankal Covid-19:bangsaonline. 

Vnn.co.id, Kediri – Pemilik Klinik Herbal Taman Toga Wahyu Alam di Kelurahan Banaran, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri mengungkapkan asal resep ramuan penangkal Covid-19 yang kini meningkat kebutuhannya.

Yuwono, pria 50 tahun itu menceritakan bahwa awalnya seorang peneliti Universitas Airlangga (Unair) Surabaya meminta diracikkan jamu dengan empon-empon atau bahan-bahan, seperti kayu manis, sereh hitam, kunyit basah, jahe basah, temulawak, dan sedikit akar ginseng.

Semua bahan di atas dihaluskan, lalu direbus bersama bahan lain dan ditambahkan gula putih secukupnya. Ia menerangkan, ramuan bubuk yang sudah jad dapat bertahan sampai 4 bulan.

Setelah pesanan tersebut diambil, Pak Wahyu, panggilan akrab Yuwono, meminta izin untuk membuat racikan seperti itu dan diperbolehkan. “Alhamdulillah, diizinkan,” kata Yuwono, Rabu (7/7/21).

Ia lalu mengatakan, permintaan jamu herbal racikannya saat ini terus meningkat. Sehari, ia bisa membuat racikan hingga 15 kg. Padahal sebelumnya, hanya 3-5 kg saja.

“Selama pandemi ini, permintaan obat herbal penangkal Covid-19 yang kami buat ada kenaikan sampai 150 persen. Yang membeli selain dari Kediri, juga ada yang dari luar kota seperti Surabaya dan Jakarta, bahkan luar pulau seperti Kalimantan dan Sumatra juga ada yang minta dikirim,” tuturnya seperti dilansir bangsaonline.

Masalah bahan baku, Yuwono mengaku tidak khawatir sebab dirinya mempunyai kebun tanaman obat di Hutan Bambingan, Lereng Gunung Kelud di Kecamatan Ngancar, Kediri dan di perkebunan daerah Kademangan, Blitar.

Yuwono mulai bergelut dengan tanaman obat herbal sejak 1955. Referensi utamanya ialah buku, ilmu khusus berupa pengalaman dan informasi dari beberapa orang tua, dan mulai membuka praktik pemanfaatan tumbuhan tersebut sejak 2000.

“Saya mempelajarinya sekitar 5 tahun. Kemudian saya menanyakan langsung kepada beberapa orang tua. Mengenali tanamannya sulit. Jadi, ya harus praktik langsung juga,” tandasnya.

Red: Mega

TerPopuler

close