Mensos Risma: Anggapan Rasis, Pesan Keliru, Tak Miliki Sense Of Indonesia Centris hingga 'Mamanya Papua' -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Mensos Risma: Anggapan Rasis, Pesan Keliru, Tak Miliki Sense Of Indonesia Centris hingga 'Mamanya Papua'

, 7/15/2021 03:39:00 PM

 
Mensos Tri Rismaharini saat kunjungan kerja ke dapur umum Balai Rehabilitasi Sosia Penyandang Disabilitas Wyata Guna BAndung, Jawa Barat pada Selasa (13/7/21): detik.

Vnn.co.id, Jakarta – Berita soal Menteri Sosial Tri Rismaharini yang dianggap berbuat rasis terhadap Papua menimbulkan kecaman beberapa tokoh, seperti aktivis HAM Natalius Pigai dan Amnesty International Indonesia Usman Hamid.

Bermula ketika Bu Risma, sapaan akrabnya, meninjau kesiapan dapur umum Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Wyata Guna Bandung, Jawa Barat pada Selasa (13/7/21) lalu.

Melihat aparatur sipil negara (ASN) yang justru berada di kantor sedangkan petugas Tagana (Taruna Siaga Bencana) berjibaku di dapur umum, Risma mengaku kecewa lantas meminta para ASN untuk membantu teman-teman Tagana agar pekerjaannya cepat selesai.

“Tolonglah, rakyat susah saat ini. Teman-teman itu masih beruntung, setiap bulan ada gaji. Coba yang jualan di luar, gimana mau ngasih makan mereka kalau masak gitu aja modelnya. Masak telur saja kayak gitu modelnya. Tolong belajar, teman-teman ini bekerja di Kementerian Sosial, paham?” cecar Risma.

Bahkan Risma tidak segan memindahkan para ASN yang tidak becus dalam menjalankan pekerjaannya.

“Saya tidak mau lihat seperti ini lagi. Kalau seperti ini lagi, saya pindahkan semua ke Papua. Saya enggak bisa pecat orang kalau enggak ada salah, tapi saya bisa pindahkan ke Papua. Jadi tolong yang peka,” tegasnya.

Tak disangka, pernyataan Risma tersebut berbuntut panjang hingga dituduh telah berbuat rasis terhadap Papua.

Berikut beberapa tanggapan tehadap pernyataan Mensos Risma

Amnesty International Indonesia Usman Hamid menilai bahwa pernyataan Mensos Risma mengandung sikap rasialisme, merendahkan, serta menyakiti perasaan orang Papua.

“Disadari atau tidak, pernyataan itu mengandung sebuah rasisme, merendahkan martabat orang Papua,” ujar Usman Hamid seperti dilansir Kompas.com, Rabu (14/7).

“Pernyataan Risma sebagai pejabat negara juga sangat melukai perasaan saudara-saudara di Papua, dan ini contoh nyata betapa praktik rasisme dan diskriminasi terhadap Papua sangat nyata,” imbuhnya.

Mahasiswa jebolan Fakultas Hukum Universitas Trisakti itu juga mengatakan, pernyataan semacam itu merupakan bentuk emosi yang tidak perlu dan sangat keliru.

“Selain cenderung merendahkan pegawai-pegawai pemerintah di muka umum, emosi kemarahan itu memberikan pesan bahwa pegawai-pegawai pemerintah yang kinerjanya buruk hanya pantas untuk bertugas di Papua,” tuturnya.

Ancaman memindahkan pegawai ke Papua, kata Usman, mengandung pesan yang salah dan dapat menyusahkan usaha-usaha untuk penyelesaian masalah konflik di Papua. Ia lalu meminta Mensos Risma mengoreksi pernyataannya.

“Sebaiknya pernyataan itu dikoreksi,” tandasnya.

Sementara, Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syahzily mengaku, dirinya menyayangkan pernyataan Menteri Sosial Risma itu.

Menurutnya, pernyataan tersebut menyiratkan bahwa Papua adalah 'tempat pembuangan' ASN yang kinerjanya tidak baik. Ia mengatakan, seharusnya ASN terbaiklah yang dikirim ke Papua.

“Justru itu, yang disayangkan bahwa seharusnya ASN yang terbaik yang dikirim ke Papua, bukan malah yang dinilai kinerjanya tidak baik,” terang Ace Hasan, Rabu (14/7).

Ia juga menilai pernyataan Risma itu tak sejalan dengan visi Presiden Jokowi yang memiliki perasaan Indonesia-sentris.

“Pernyataan itu tidak tepat disampaikan. Ibu Mensos tidak memiliki sense of Indonesia centris sebagaimana yang menjadi visi besar Presiden Jokowi,” tuturnya.

Ace lalu menyarankan sebaiknya Risma memberikan sanksi yang edukatif agar kinerjanya semakin membaik.

“Misalnya, tempatkan di daerah yang tingkat pengawasan terhadap kinerjanya dari masyarakat yang tinggi agar dia bekerja sesuai dengan target yang telah ditentukan,” ujarnya.

Terpisah, Aktivis HAM Natalius Pigai menyebut pernyataan Risma bernada rasis dengan mengancam ASN yang tak becus akan dipindahkan ke Papua sembari berekspetasi tentang Presiden Jokowi.

“Harap maklum, kalau orang Papua benci suku orangJawa sampai OPM ancam bunuh orang Jawa di Papua. Rasisme sistematis terus berlangsung dan otak-otak rasis ini masih dipelihara, beri jabatan dan kekuasaan. Sementara Jokowi selalu diam atau dia juga pendukung rasisme, entahlah,” ujar Natalius, Kamis (15/7).

Pembelaan Kemensos terhadap Bu Risma

Melihat hal itu, Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat angkat bicara. Menurutnya, yang dilakukan Risma merupakan upaya menumbuhkan empati para pegawai terhadap kondisi masyarakat, guna menyadarkan mereka agar mampu bekerja dengan hati dengan keluar dari zona nyaman terlebih dahulu.

Itulah yang dimaksudkan dengan pernyataan akan dipindahkan ke Papua, tempat yang paling jauh (dari Bandung) tapi masih di Indonesia. Seluruh pegawai harus mampu keluar dari zona nyaman, meninggalkan keluarga dan kenyamanan rutinitas yang dialami sehari-hari, untuk berperan mengatasi masalah sosial dari Aceh sampai Papua,” terang Harry seperti dilansir detik dan dilihat vnn.co.id, Kamis (15/7).

Dengan begitu, Harry berpendapat bahwa kunjungan Risma kemarin harus dimaknai sebagai cambuk semangat pegawai agar lebih peka dan fokus melayani masyarakat di masa-masa seperti ini. Apalagi, dalam kunjugan itu sempat disuguhkan hiburan dan hiasan yang tidak perlu dalam kondisi darurat seperti ini.

“Kami harus belajar dari relawan Tagana bagaimana cara mengoperasikan dapur umum,” lugas Harry.

Sebagaimana diketahui, dapur umum di Balai Wyata Guna Bandung diterapkan di beberapa balai sosial lain yang juga terdapat dapur umumnya.

Saat ini dapur umum dalam rangka meningkatkan ketahanan sosial masyarakat terdampak Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di wilayah Jawa-Bali beroperasi di Jakarta, Bandung, Bogor, Solo, Surabaya, dan Denpasar.

Dapur umum tersebut mendistribusikan tambahan protein dan vitamin D bagi tenaga kesehatan, tenaga operasional pendukung PPKM Darurat serta masyarakat umum yang melakukan isolasi mandiri.

Kehadiran Kementerian Sosial dalam situasi tanggap darurat juga diwujudkan dalam pemberdayaan sosial dan penanganan pasca-bencana sebagaimana dilakukan di beberapa wilayah di Papua.

"Pasca banjir bandang awal tahun 2021 misalnya, hingga saat ini kami terus mendorong bangkitnya perekonomian masyarakat melalui penyediaan perahu long-boat, fasilitasi koperasi untuk membuka kios sembako, dan beragam kegiatan pengolahan hasil pertanian. Kami berharap jajaran kami dapat terjun langsung ke daerah-daerah di Papua pasca-PPKM Darurat ini," tutur Harry.

Selain itu, Harry juga menyebut bahwa Risma adalah ‘mamanya Papua’ sebab Mensos itu sangat menyayangi Papua. Jadi tidak tepat jika Risma disebut rasis.

“Tadi pagi kami dialog dengan Ibu Menteri dan Ibu tidak berpikir begitu. Ibu itu sangat sayang dengan Papua, beliau itu punya track record dangat baik dengan Papua,” ujarnya.

“Silakan tanya ke tokoh-tokoh Papua bagaimana seorang Bu Risma itu sudah menjadi ‘mamanya Papua’ gitu,loh. Sekarang pun sebagai posisi sebagai menteri,” imbuhnya.

Harry lalu menceritakan rekam jejak Risma kala membantu menyiapkan kebutuhan orang Papua. Sejak menjadi wali kota, Risma suka bercerita bagaimana dirinya membantu masalah kemanusiaan yang dihadapi di Papua. Apalagi saat menjadi Kemensos, ia terpanggil menugaskan orang-orangnya bekerja menyiapkan baik tanggap darurat bencana maupun pasca tanggap darurat.

Red: Mega

TerPopuler

close