Alami Panic Buying? Oh, Tidak lagi setelah Coba Tips Ini | Versi Nasional News -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Alami Panic Buying? Oh, Tidak lagi setelah Coba Tips Ini | Versi Nasional News

, 7/08/2021 11:56:00 PM

 

Ilustrasi panic buying: Merdeka.

Vnn.co.id, Gaya Hidup – Fenomena panic buying yang terjadi hampir di seluruh negara, termasuk Indonesia agaknya menjadi perhatian yang agak serius. Mengapa? Sebab perilaku yang berlebihan tersebut dapat menjadikan suatu barang langka di pasaran.

Menurut Sosiolog Universitas Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono, panic buying muncul akibat adanya demonstration effect, yakni di mana seseorang akan meniru perilaku yang banyak dilakukan orang lain.

Selain kecemasan akan kebutuhan ekonomi, hal itu juga merupakan kepanikan terhadap ketidaknormalan suatu kehidupan baik dalam hal kesehatan maupun sosial.

Dalam hal ekonomi, seseorang akan berpikir barang itu akan cepat menghilang atau habis apabila dirinya tidak mengambilnya dengan cepat. Atau kekhawatiran akan melonjaknya harga barang tertentu apabila tidak segera memborongnya.

Kemudian dalam masalah kesehatan, fenomena memborong susu beruang hingga obat-obatan penangkal Covid-19 merupakan bentuk dari sistem pendukung kesehatan yang sudah tidak mampu berjalan dengan normal. Akhirnya orang-orang berbondong-bondong untuk memasang keamanan diri sendiri.

Sehingga, menurut Drajat lagi, pembelian barang bukan karena produknya, melainkan simbolik keyakinan saja. Hal-hal seperti itu diakibatkan oleh informasi negatif dalam arti bukan kejelekan, akan tetapi memprovokasi konsumsi seseorang.

Selain itu, seorang Perdana Menteri Australia Scott Morrison pada sebuah pernyataan mengatakan bahwa perilaku panic buying dengan berlebihan dalam membeli dan menumpuk barang merupakan tidak masuk akal, tidak membantu, dan salah satu perilaku warga Autralia yang paling mengecewakan di tengah krisis yang pernah ia lihat.

Hal itu diistilahkan dengan hoarding (perilaku menumpuk barang secara ekstrem). Hoarding melibatkan penmpukan barang-barang secara praktis dapat digunakan namun melebihi kemampuan sebuah rumah untuk menampung secara fungsional.

Faktor kuat yang diduga memengaruhi perilaku hoarding ialah ketidakmampuan seseorang untuk menghadapi kesulitan.

Sulit percaya pada pihak berwenang yang menjamin pasar tidak akan tutup. Walaupun mereka percaya, mereka akan tetap menumpuk barang untuk berjaga-jaga.

Pandemi yang semakin menggila mengingatkan orang-orang akan kematian, sehingga peningkatan belanja dianggap mengurangi rasa ketakutan yang menyelinap.

Orang yang mampu dalam menghadapi kesulitan bisa saja menumpuk barang. Ketika melihat rak-rak kosong, maka itu adalah pemicu mengambil barang-barang yang tersisa. Sebab sebuah penelitian memperlihatkan bahwa melihat barang-barang yang pasokannya sedikit lebih bernilai.

Sehingga, vnn.co.id menyajikan cara mengatasi fenomena panic buying yang marak terjadi di beberapa tempat di Indonesia:

Membuat Daftar Belanja

Ada baiknya ketika berbelanja kita menentukan dahulu apa saja yang menjadi prioritas untuk dibeli. Dengan begitu, kita tidak mudah mengambil barang-barang yang tidak terlalu penting hanya karena rasa cemas akibat melihat rak-rak kosong atau kepanikan supermarket akan tutup.

Selain itu, kita juga dapat memilih dan memilah mana barang yang sudah kita miliki di rumah dan kapan barang-barang tersebut akan habis.

Sehingga kita bisa mengurangi sampah dan memikirkan kebutuhan orang lain, termasuk lansia yang akan kesulitan mencari jika barang yang dibutuhkan habis.

Hal ini juga akan membantu kita dalam mengambil keputusan yang lebih baik dalam melakukan pembelian.

Memperhatikan Ketahanan Suatu Barang

Dalam masa pandemi ini, apalagi diberlakukannya pembatasan yang cukup ketat membuat aktivitas ke luar rumah semakin terbatasi. Sehingga ketika mendapat kesempatan untuk keluar dan berbelanja menimbulkan kecemasan-kecemasan tersendiri akan tidak terpenuhinya atau kekurangan bahan makanan.

Meski telah banyak tersedia layanan belanja di platform media sosial, agaknya tiada yang menggantikan kepuasan dalam memilih ketika real berbelanja di supermarket. Sehingga perlu trik khusus guna mengurangi mobilisasi dan bersosial dengan orang banyak, yakni memilih bahan makanan yang tahan lama. Selain itu produk makanan beku sedikit menolong karena bisa disimpan dalam waktu cukup lama.

Terbuka dengan Merk Lain

Seringkali ketika seseorang sudah memakai suatu merk, maka dia akan setia dan tidak mau mencoba yang lain.

Namun, apabila menghadapai sisuasi semacam ini, barang yang diinginkan habis di mana-mana atau out of stock, maka satu-satunya jalan adalah mau terbuka dan mencoba merk barang yang lain.

Hal ini merupakan satu cara untuk menghindari panic buying dalam berbelanja.

Bagaimana, Readers? Mau, kan mencoba untuk tidak panic buying lagi?

Red: Mega

TerPopuler

close