Lentera Pendidikan di Antara "Tumpukan Sampah" -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Lentera Pendidikan di Antara "Tumpukan Sampah"

, 6/18/2021 08:15:00 AM
Sekolah yang didirikan Juwanto di tengah tumpukan sampah. 


Vnn.co.id, Bekasi - 
Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang merupakan salah satu tempat pembuangan sampah terbesar di Indonesia. Puluhan juta ton sampah sudah menjadi bukit di area tersebut.

Masyarakat yang tinggal di area tersebut tak lain adalah keluarga pemulung yang mayoritas pra-sejahtera. Di tengah tumpukan sampah, terdapat sekolah alam yang didirikan oleh Juwanto sejak tahun 2006 silam.

Sekolah Alam Tunas Mulia didirikan olehnya untuk memberikan Pendidikan yang layak kepada anak–anak pemulung. Namun seiring berjalannya waktu, sekolah itu sudah dapat menampung anak–anak dari daerah lain.

Saat ini, sekolah itu telah menampung 257 anak dari PAUD hingga SMA secara gratis.

Menurut Juwanto, sekolah ini diperuntukkan mempermudah anak–anak pemulung Bantargebang agar mendapatkan pendidikan secara gratis. Saat ini, dia memberikan kemudahan kepada siswa seperti tidak perlu menggunakan seragam, sepatu, dan tas ke sekolah. ”Jadi, tidak ada alasan lagi mereka tidak mengikuti belajar,” ujarnya.


Juwanto menambahkan, Sekolah Alam Tunas Mulia merupakan sekolah gratis yang diperuntukkan bagi anak-anak prasejahtera dari berbagai macam latar belakang keluarga. Biaya pendidikan di sana tanpa dipungut biaya sepeser pun alias gratis. Khusus program Tahfiz Alquran, para santri menetap di pondok yang berjarak tidak jauh dari lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sumur Batu, Bantargebang, Bekasi. Sehingga wajar, aroma tak sedap seakan jadi teman sehari-hari mereka.

Meskipun tanpa dipungut biaya, sekolah alam ini, harapan Juwanto, dapat menjadi lentera masa depan anak-anak di sekitar tempat pembuangan sampah tersebut. Tempat pendidikan ini memang dihadirkan sebagai salah satu kemudahan akses pendidikan untuk anak dari keluarga ekonomi prasejahtera.

Selain dari para donatur yang tidak setiap saat mengirimkan bantuan, pesantren mengajak santrinya mengelola berbagai macam kegiatan produktif untuk memenuhi kebutuhan harian pesantren. Budidaya pertanian serta ternak seperti lele, ayam, dan bebek menjadi salah satu sumber pemasukan.

“Karena kami sekolah bebas biaya, jadi sebisa mungkin mengelola keuangan dengan baik agar kebutuhan santri bisa terpenuhi. Kalau hanya mengandalkan donatur tidak maksimal nantinya,” tutur Juwanto.

Juwanto pun berharap, dengan bekal pendidikan dari sekolah alam, anak-anak yang datang dari berbagai macam latar belakang keluarga bisa memiliki masa depan yang lebih baik lewat jalan pendidikan. Selain itu, bermanfaat bagi lingkungan juga menjadi harapan besar.

"Tujuan awal dibangun pesantren ini, kami berharap agar setelah anak-anak lulus bisa bermanfaat baik bagi diri maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya. Intinya seperti itu, tidak banyak dan tidak muluk-muluk harapan kami,” pungkas Juwanto.

Penulis: Suci Al Kampari 

Editor: Mega 

TerPopuler

close