KH. Imamul Mutaqin Djauhari: bangsaonline. |
Vnn.co.id, Madura – Ganasnya pandemi ini tidak bisa dikatakan tidak
menyerang sampai ke pelosok negeri. Di Madura saja, Kecamatan Klampis dan Arosbaya,
Bangkalan, dalam satu hari mencapai 6 orang yang meninggal akibat Covid-19. Bahkan
di Desa Bator, Klampis satu keluarga, 5 orang dinyatakan meninggal dengan
alasan serupa.
Hal ini tentu tidaklah dapat dipungkiri, mengingat masyarakat yang lain berusaha
patuh dengan menjalankan protokol kesehatan (prokes) akan tetapi di kubu lain menyatakan
perlawanan dan menolak mematuhi anjuran kesehatan pemerintah.
Dalam sebuah video, seorang tokoh agama justru berusaha mematahkan argumen
yang selama ini oleh sebagian masyarakat dianggap benar.
Ia menyatakan bahwa selama empat hari, yakni dari Ahad sampai Rabu sebanyak
25 orang meninggal.
KH. Imamul Muttaqin Djauhari, dengan menggunakan logat Madura mengimbau
agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan (prokes), terutama memakai masker
dan menjaga jarak dengan menyitir Alquran Surah al-Baqarah ayat 195.
“Kalau sampeyan benar-benar takut kepada Allah, sampeyan wajib pakai masker
dan wajib jaga jarak. Kenapa? Sebab Allah sendiri berfirman Walaa tulqu biaydiikum
ilattahluqah. Janganlah kalian berbuat sesuatu yang membuat diri kalian
celaka,” terang Kiai Muda itu dari Pondok Pesantren (PP) Darul Hikmah, Langkap,
Kecamatan Burneh, Bangkalan, Madura seperti dilansir bangsaonline.com.
Tokoh itu juga menjelaskan, maksud dari mencelakakan diri sendiri ialah dengan
tidak mematuhi anjuran prokes.
“Ini Allah SWT yang memerintahkan. Jadi kalau saat sedang banyak virus dan
Corona, lalu sampeyan keluar tidak pakai masker, kan menyebabkan celaka. Katanya
takut kepada Allah, tapi kenapa sampeyan justru melanggar perintah Allah,”
lanjut Kiai Imam.
Kiai muda itu juga menyebut kilah berupa takdir. “(Ada yang bilang) walah,
kalau sudah waktunya mati, ya mati. Kalau waktunya kena (Corona), ya kena. Iya betul.
Kalau sudah takdir mati ya mati, kalau ditakdir kena pasti kena. Cuma Allah SWT
menakdir orang itu sesuai perilakunya,” jelasnya.
Ia lalu memberi contoh dengan mengutip hadis Nabi SAW, Kullun muyassarun
limaa huliqa lahu. Yang artinya, manusia itu ditakdir sesuai perilakunya.
“Kalau ada orang mau ditakdir stroke. Biasanya ia tak pernah olahraga, suka
makan gorengan, suka makan berlemak. Lalu Allah menakdir ia stroke,” tutur Kiai
Imam.
“Begitu juga orang yang terkena Covid-19. Kalau sampeyan mulai sekarang tak
terbiasa pakai masker dan tak biasa menjaga jarak, nah oleh Allah SWT akhirnya
nanti ditakdir kena Covid-19,” imbuhnya.
Sebelumnya, Kiai Imam Muttaqin mengatakan bahwa kabar kematian akibat
Covid-19 itu bukan kabarnya, tetapi ia sendiri mendatangi Desa Bator, Klampis,
Bangkalan pada Ahad (20/6/21). Dan itu dialami olah kerabatnya sendiri.
Ia juga memaparkan fakta keadaan kecamatan Arosbaya yang dilanda zona
merah. Sampai-sampai, katanya, di Klampis jadi omongan. Kalau meninggal tak ada
kiai yang menalqini. Saking parahnya. Bahkan puskesmas pun lock down. Tutup.
Sudah gak muat. Apotek juga tutup. Petugasnya takut untuk melayani karena
parahnya.
Kiai yang masih berumur 36 tahun itu lalu mengisahkan peristiwa besar
serupa–pandemi–yang tejadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab. Kala itu sebuah
pandemi melanda Syam, satu dari daerah kekuasaan Sayyidina Umar. Wabahnya parah.
“Saking parahnya, orangIslam yangmeninggal mencapai 25 ribu orang, termasuk
Sahabat Mu’adz bin Jabal, Gubernur Syam,” tuturnya.
Oleh karena tak kunjung mereda, seorang tokoh muda, yakni Amr bin Ash diutus
untuk meneliti jenis wabah itu. Kemudian Amr bin Ash menyatakan bahwa wabah itu
ibaratkan api, sedangkan manusia adalah kayu bakarnya.
Sekarang, kata Kiai Imam, di Bangkalan, terutama Klampis dan Arosbaya, itu
nyata dialami masyarakat setempat. sebab itu ia meminta agar masyarakat tidak berkomentar
sembarangan.
“Sudah nggak bantu (menangani Corona) masih berkomentar sembarangan.
Kalian kan belum terserang (Corona). Coba kalau kalian terserang (Corona) lalu
keluarganya mati sampai 5 orang, bagaimana perasaannya,” tegurnya.
Kiai Imam juga mengingatkan untuk tidak memercayai omongan-omongan di
medsos yang kerap menyepelekan Covid-19. Ia lalu menyuruh bertanya langsung ke
warga Klampis dan Arosbaya apabila ingin mengetahui kebenaran beritanya dengan
menghubungi langsung lewat ponsel, sebab saat ini tidak diperbolehkan ke sana
langsung.
“Jangan mendengarkan omongan di Facebook. Karena yang komentar itu biasanya
bukan orang Bangkalan,” tandasnya.
Red: Mega.