Buat yang Sepelekan Corona dan Menolak Terapkan Prokes, Simak Penjelasan KH Imamul Muttaqin tentang Takdir dan Peringatan -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Buat yang Sepelekan Corona dan Menolak Terapkan Prokes, Simak Penjelasan KH Imamul Muttaqin tentang Takdir dan Peringatan

, 6/24/2021 02:19:00 PM

 

KH. Imamul Mutaqin Djauhari: bangsaonline.

Vnn.co.id, Madura – Ganasnya pandemi ini tidak bisa dikatakan tidak menyerang sampai ke pelosok negeri. Di Madura saja, Kecamatan Klampis dan Arosbaya, Bangkalan, dalam satu hari mencapai 6 orang yang meninggal akibat Covid-19. Bahkan di Desa Bator, Klampis satu keluarga, 5 orang dinyatakan meninggal dengan alasan serupa.

Hal ini tentu tidaklah dapat dipungkiri, mengingat masyarakat yang lain berusaha patuh dengan menjalankan protokol kesehatan (prokes) akan tetapi di kubu lain menyatakan perlawanan dan menolak mematuhi anjuran kesehatan pemerintah.

Dalam sebuah video, seorang tokoh agama justru berusaha mematahkan argumen yang selama ini oleh sebagian masyarakat dianggap benar.

Ia menyatakan bahwa selama empat hari, yakni dari Ahad sampai Rabu sebanyak 25 orang meninggal.

KH. Imamul Muttaqin Djauhari, dengan menggunakan logat Madura mengimbau agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan (prokes), terutama memakai masker dan menjaga jarak dengan menyitir Alquran Surah al-Baqarah ayat 195.

“Kalau sampeyan benar-benar takut kepada Allah, sampeyan wajib pakai masker dan wajib jaga jarak. Kenapa? Sebab Allah sendiri berfirman Walaa tulqu biaydiikum ilattahluqah. Janganlah kalian berbuat sesuatu yang membuat diri kalian celaka,” terang Kiai Muda itu dari Pondok Pesantren (PP) Darul Hikmah, Langkap, Kecamatan Burneh, Bangkalan, Madura seperti dilansir bangsaonline.com.

Tokoh itu juga menjelaskan, maksud dari mencelakakan diri sendiri ialah dengan tidak mematuhi anjuran prokes.

“Ini Allah SWT yang memerintahkan. Jadi kalau saat sedang banyak virus dan Corona, lalu sampeyan keluar tidak pakai masker, kan menyebabkan celaka. Katanya takut kepada Allah, tapi kenapa sampeyan justru melanggar perintah Allah,” lanjut Kiai Imam.

Kiai muda itu juga menyebut kilah berupa takdir. “(Ada yang bilang) walah, kalau sudah waktunya mati, ya mati. Kalau waktunya kena (Corona), ya kena. Iya betul. Kalau sudah takdir mati ya mati, kalau ditakdir kena pasti kena. Cuma Allah SWT menakdir orang itu sesuai perilakunya,” jelasnya.

Ia lalu memberi contoh dengan mengutip hadis Nabi SAW, Kullun muyassarun limaa huliqa lahu. Yang artinya, manusia itu ditakdir sesuai perilakunya.

“Kalau ada orang mau ditakdir stroke. Biasanya ia tak pernah olahraga, suka makan gorengan, suka makan berlemak. Lalu Allah menakdir ia stroke,” tutur Kiai Imam.

“Begitu juga orang yang terkena Covid-19. Kalau sampeyan mulai sekarang tak terbiasa pakai masker dan tak biasa menjaga jarak, nah oleh Allah SWT akhirnya nanti ditakdir kena Covid-19,” imbuhnya.

Sebelumnya, Kiai Imam Muttaqin mengatakan bahwa kabar kematian akibat Covid-19 itu bukan kabarnya, tetapi ia sendiri mendatangi Desa Bator, Klampis, Bangkalan pada Ahad (20/6/21). Dan itu dialami olah kerabatnya sendiri.

Ia juga memaparkan fakta keadaan kecamatan Arosbaya yang dilanda zona merah. Sampai-sampai, katanya, di Klampis jadi omongan. Kalau meninggal tak ada kiai yang menalqini. Saking parahnya. Bahkan puskesmas pun lock down. Tutup. Sudah gak muat. Apotek juga tutup. Petugasnya takut untuk melayani karena parahnya.

Kiai yang masih berumur 36 tahun itu lalu mengisahkan peristiwa besar serupa–pandemi–yang tejadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab. Kala itu sebuah pandemi melanda Syam, satu dari daerah kekuasaan Sayyidina Umar. Wabahnya parah.

“Saking parahnya, orangIslam yangmeninggal mencapai 25 ribu orang, termasuk Sahabat Mu’adz bin Jabal, Gubernur Syam,” tuturnya.

Oleh karena tak kunjung mereda, seorang tokoh muda, yakni Amr bin Ash diutus untuk meneliti jenis wabah itu. Kemudian Amr bin Ash menyatakan bahwa wabah itu ibaratkan api, sedangkan manusia adalah kayu bakarnya.

Sekarang, kata Kiai Imam, di Bangkalan, terutama Klampis dan Arosbaya, itu nyata dialami masyarakat setempat. sebab itu ia meminta agar masyarakat tidak berkomentar sembarangan.

“Sudah nggak bantu (menangani Corona) masih berkomentar sembarangan. Kalian kan belum terserang (Corona). Coba kalau kalian terserang (Corona) lalu keluarganya mati sampai 5 orang, bagaimana perasaannya,” tegurnya.

Kiai Imam juga mengingatkan untuk tidak memercayai omongan-omongan di medsos yang kerap menyepelekan Covid-19. Ia lalu menyuruh bertanya langsung ke warga Klampis dan Arosbaya apabila ingin mengetahui kebenaran beritanya dengan menghubungi langsung lewat ponsel, sebab saat ini tidak diperbolehkan ke sana langsung.

“Jangan mendengarkan omongan di Facebook. Karena yang komentar itu biasanya bukan orang Bangkalan,” tandasnya.

Red: Mega.

TerPopuler

close