Alumni UK Petra yang sabet Gold Winner Asia Young Designer Award yang diselenggarakan Nippon Paint/ |
Vnn.co.id, Surabaya – Nama Indonesia kembali diharumkan oleh anak bangsanya, Marietta Stefani, alumni Prodi Arsitektur angkatan 2016 yang berhasil meraih Gold Winner dan mewakili negerinya di tingkat Asia kategori Arsitektur.
Kompetisi tersebut ialah Asia Young Designer Award (AYDA) 2020/2021
yang digelar secara daring oleh Nippon Paint ini merupakan kompetisi desain
bergengsi tingkat Asia. AYDA kali ini pun mengangkat tema "Human-Centered Design".
Marietta menceritakan bahwa ide rancangannya untuk kompetisi ini berawal saat mengunjungi galeri seni dan terdapat aturan tertulis “dilarang menyentuh”. Lalu muncullah pemikiran dalam benaknya, “Bagaimana jika kita tidak dapat melihat? Bagaimana dengan tuna netra? Mereka, kan hanya bisa merasakan sesuatu dengan cara menyentuh.”
Dari sinilah gadis yang kini kerja di biro Arsitek itu membuat karya
bertajuk Non-Visual Art Gallery. Sebuah galeri seni yang memberikan kesempatan
baru, khususnya bagi tunanetra untuk dapat menikmati karya seni menggunakan
pengalaman multisensori, yaitu telinga, hidung, dan perabaan. Agar memungkinkan
adanya pengalaman yang setara antara tunanetra dan awas (normal).
Dalam desain rancangan ini akan memberikan pengalaman baru yang
berbeda dengan galeri pada umumnya, dimana disini galeri di desain menggunakan
bidang-bidang yang disusun ber layer menyerupai labirin sebagai pengarah bagi
tunanetra. Meredupkan elemen arsitektur yang memanjakan mata, untuk memperkuat
stimuli indera lainnya.
Ia berharap, desain ini dapat
memicu para seniman untuk menciptakan karya seni yang inklusif. Sehingga karya
seni yang ada dibangunan ini dapat memberikan pengalaman multisensori.
“Misalnya ada lukisan atau patung menggambarkan hutan. Lukisan bisa
dibuat timbull dan ditambah bau-bauan hutan agar semakin memperjellas lukisan
itu. Sehingga lukisan ini menjelaskan tekstur, bau-bauan bahkan bunyi-bunyian,”
jelas Marietta.
Untuk mendukung konsep non-visual, bangunan sengaja tidak
menggunakan lampu untuk menerangi karya seni. Namun memaksimalkan pencahayaan
alami undirect sunlight melalui skylight
dan dinding yang disusun berlayer
yang sekaligus membantu tunanetra dalam berorientasi.
Marietta juga melakukan pendekatan-pendekatan perilaku senses as perceptual system di mana
indera manusia memberikan peran penting dalam membentuk persepsi ruang dan
pendalaman karakter pada ruang-ruangnya.
Tak heran jika ia akan mewakili Indonesia di tingkat Asia untuk
kategori Arsitektur, sebab rancangannya terbilang unik. Marietta akan
bertanding dengan 15 negara di Asia, yaitu Bangladesh, Cina, Filipina, Hong
Kong, India, Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Pakistan, Singapura, Sri Langka,
Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
“Bersyukur bisa melewati kompetisi level nasional dan bisa mewakili
Indonesia di tingkat Asia. Kompetisi yang dilaksanakan secara online ini
melewati berbagai tahap mulai semi final, coaching
session, mentoring dan babak final.” ungkapnya.
Metode pengumpulan data menggunakan studi literatur, wawancara dan
observasi langsung ke SMPLB-YPAB. Sehingga proyek ini memungkinkan jika
diwujudnyatakan di kota Surabaya. Kompetisi level nasional, mahasiswi Surabaya
tersebut berhak atas piala gold, uang
tunai 20 juta serta ditambah kesempatan magang di perusahaan salah satu juri.
Kini gadis itu sedang mempersiapkan kompetisi itu dengan lebih matang.
Selain Marietta, dua Petranesian lainnya juga berhasil memenangkan
juara di kompetisi yang sama, yakni Tan Stanisia Finley Buwono yang meraih Bronze winner dan Alumni choice award. Ia berhak atas piala
Bronze, uang tunai 10 juta ditambah 5 juta dari alumni choice award serta kesempatan magang di perusahaan salah satu juri.
Sedangkan Celine Betharina memperoleh honorary
mention.
Red: Mega