Salman Alrosyid, Siswa SMA Ini Dirikan Museum di Bangkalan Pakai Uang Pribadi -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Salman Alrosyid, Siswa SMA Ini Dirikan Museum di Bangkalan Pakai Uang Pribadi

, 1/15/2021 08:12:00 AM

Salman Alrosyid, kolektor termuda yang dirikan museum mata uang di Bangkalan.

Vnn.co.id, Bangkalan - Seorang pemuda asal Kabupaten Bangkalan ini dikenal sebagai kolektor uang mancanegara. Salman Alrosyid (20) mulai menekuni kegemarannya ini sekitar 13 tahun yang lalu saat usianya masih 7 tahun.

Pemuda yang kini duduk di kelas 3 SMA itu juga mendirikan Museum Perusnia, yang merupakan museum perkembangan uang dalam sejarah dunia yang didirikannya sendiri pada 2 Januari 2021.

Di tahun 2019, kolektor mata uang manca negara termuda itu menerima penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia Dunia (LEPRID) sebagai kolektor uang terbanyak, yaitu 2.300 mata uang yang terdiri dari 1.000 lembar dan 1. 300 keping dari 154 negara di dunia.

Salman mengaku bahwa kegemaran itu bermula sejak 6 Januari 2008. Oleh karena ia terlahir sebagai disleksia dan tak ada yang mau berkawan dengannya.

“Karena banyak waktu sendiri, pada 6 Januari saya menemukan uang koin Nedherlandsch-Indie 1923 pecahan 5 sen yang waktu itu bahannya nikel. Bentuknya lingkaran, di tengahnya ada lubangnya,” terang Salman.

“Sejak saat itu, saya menjadi tertarik dan penasaran dengan mata uang-mata uang yang ada di negara lainnya,” imbuhnya ketika ditemui di Museum Perusnia Jl. KH Moh. Kholi Gg. IX No. 36 RW 01, Demangan Timur, Bangkalan sebagaimana dilansir bangsaonline.com pada Senin (14/1/21).

Ketika ditanya tentang biaya, Salman mengaku harus menyisihkan uang jajan dari orangtuanya.

“Saya sisihkan uang jajan dan uang beasiswa yang saya dapatkan. Entah kenapa saya lebih senang uang saya habis untuk melengkapi koleksi mata uang ini daripada harus membeli mainan seperti anak lainnya,” akunya sembari tersenyum.

Sementara, Ayah Salman Mual Farid mengatakan bahwa ia bangga atas hobi putra bungsunya itu. Dia berharap ada dukungan pemerintah atau lembaga swasta mana pun untuk mengapresiasi karya anaknya.

“Kami terbuka dan menerima jika ada bantuan. Karena museum ini dibangun menggunakan dana pribadi dan kami tidak ada tarif bagi masyarakat yang berkunjung. Tapi yang terpenting adalah bagaimana masyarakat bisa teredukasi dengan adanya museum ini,” tutur Farid.

Salman pun berharap selain menjadi tempat hiburan, museum tersebut dapat memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sejarah mata uang. Terutama generasi milenial agar tak melulu bermain game.

“Karena kolektor itu tidak hanya mengoleksi, tapi memahami mata uang yang dikumpulkannya, dan target saya bisa memiliki seluruh mata uang di dunia,” tandas Salman.

Red: Mega

TerPopuler

close