BREAKING NEWS
IKLAN PENERJEMAH

Jarang Disadari! Ini 5 Cara Menjaga Kesehatan Saraf Menurut Dokter, Bukan Cuma Istirahat dan Olahraga

 


Jakarta, VNN.co.id - Banyak orang berpikir menjaga kesehatan saraf cukup dengan olahraga rutin dan tidur yang cukup. Namun, menurut Dokter Spesialis Neurologi sekaligus Direktur DRI Clinic, dr. Irca Ahyar, Sp.N., DFIDN, sistem saraf memiliki peran yang jauh lebih kompleks dalam tubuh manusia.

“Saraf itu sangat penting. Kalian bisa merasakan tekstur, bisa merasakan tajam, nyeri, tertusuk, itu semua karena peran saraf,” kata dr. Irca dikutip dari Kompas.com, Kamis (16/10/2025).

Ia menambahkan, otak dan saraf bekerja secara beriringan dalam mengatur seluruh gerakan tubuh.

“Jadi saraf itu menggerakkan otot, tapi yang memberikan instruksi untuk menggerakan otot adalah otak. Otak, melalui saraf, menstimulasi atau mengalirkan stimulasi ke bagian tubuh yang mau digerakkan,” jelasnya.

Menurut dr. Irca, jika sistem saraf terganggu, dampaknya bisa fatal—bahkan berisiko menyebabkan kelumpuhan permanen. Berikut lima cara menjaga kesehatan sistem saraf yang dijelaskan olehnya.

1. Istirahat Cukup, Kunci Regenerasi Saraf

Regenerasi atau pemulihan saraf hanya terjadi saat tubuh beristirahat. Karena itu, tidur cukup menjadi hal mutlak agar sistem saraf tetap sehat.

“Tapi saraf itu regenerasinya sangat lambat sekali. Jadi untuk usia yang 17 tahun ini agak susah untuk regenerasi (saraf), tapi untuk mereka yang masih di bawah 17 tahun, regenerasi (saraf) mereka lebih cepat dibanding kita,” ucap dr. Irca.

Ia menjelaskan, ketika saraf tertekan atau terjepit, gejalanya akan terasa jelas. Namun bila tidak terganggu, saraf tak akan menimbulkan gejala apa pun.

“Kalau otot kita cedera rasanya kayak memar, pulihnya lama. Tapi kalau saraf, kalau dia kejepit dan kita langsung angkat dan dia enggak kejepit lagi, dia akan pulih secara optimal saat itu juga, tidak butuh downtime,” tegasnya.

2. Tetap Aktif Bergerak, Tapi Jangan Asal

Aktivitas fisik membantu menjaga sirkulasi darah dan aktivasi saraf motorik. Namun, dr. Irca mengingatkan agar berhati-hati dalam berolahraga. Teknik yang salah justru bisa menimbulkan cedera baru.

“Pasien sering datang dengan keluhan yang sama, padahal sudah fisioterapi, stretching (peregangan), atau bahkan istirahat cukup. Tapi nyerinya muncul lagi. Itu tandanya ada sinyal dari sistem saraf yang tidak seimbang. Ototnya tidak salah, tapi sarafnya yang belum pulih,” terangnya.

Artinya, bila rasa nyeri terus berulang meski otot terlihat baik-baik saja, bisa jadi akar masalahnya ada di sistem saraf.

3. Penuhi Nutrisi yang Tepat untuk Saraf

Saraf juga butuh “makanan” agar bisa bekerja dengan baik. Menurut dr. Irca, nutrisi paling penting bagi saraf adalah vitamin B kompleks.

“(Vitamin) B kompleks yang tertuju hanya untuk saraf (itu) khusus sekali,” ujarnya.

Vitamin ini bisa ditemukan dalam beberapa jenis daging, namun tidak semuanya.

“Jadi yang dagingnya itu pun enggak semua daging karena biasanya daging ada campuran fat (lemak)-nya, jadi enggak semuanya. Jadi makanya vitamin saraf itu khusus sekali,” tambahnya.

Dr. Irca menyarankan untuk memperhatikan dosis vitamin B kompleks dalam suplemen. Tubuh manusia membutuhkan sekitar 1.000 miligram per hari, tetapi konsumsi berlebihan juga tidak disarankan.

4. Kelola Stres dengan Baik

Stres bukan hanya memengaruhi emosi, tapi juga bisa menekan kerja sistem saraf. Dr. Irca menegaskan, stres kronis dapat mengganggu saraf otonom, yaitu saraf yang mengatur fungsi tubuh otomatis seperti jantung, pencernaan, dan peredaran darah.

Mengelola stres dengan relaksasi, tidur cukup, serta menjaga pola hidup seimbang adalah langkah sederhana namun efektif untuk melindungi saraf.

5. Rutin Periksa Saraf, Jangan Tunggu Sakit Dulu

Langkah terakhir yang kerap diabaikan masyarakat adalah pemeriksaan saraf atau neuro screening.

“Pemeriksaan saraf bukan hanya untuk orang yang sakit. Ini bagian dari pencegahan. Kita bisa tahu sejak dini apakah ada ketidakseimbangan yang bisa memicu gangguan saraf,” kata dr. Irca.

Ia menambahkan, pemeriksaan rutin ini dapat mendeteksi gangguan sejak awal, bahkan sebelum gejala terasa. Dengan begitu, penanganan bisa dilakukan lebih cepat dan tepat sasaran.

close