Panas! Dedi Mulyadi Larang ASN Rapat di Hotel, Farhan Langsung Bikin Kebijakan Balasan

VNN.co.id - Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi kembali menuai sorotan tajam. Imbauannya untuk melarang rapat ASN di hotel mewah demi efisiensi anggaran ditentang sejumlah pihak.
Salah satu yang menolak keras adalah Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan. Pemkot Bandung justru mengizinkan ASN menggelar rapat di hotel bintang dua dan tiga.
Tujuannya, mendukung pemulihan industri perhotelan yang terpuruk akibat krisis ekonomi. Dilansir dari Suara.com, kebijakan ini dianggap strategis untuk menggerakkan ekonomi lokal.
“Kami akan mulai lakukan secara perlahan, adaptasi karena tujuan utama kita adalah membantu menghidupkan kembali hotel-hotel bintang 3 dan bintang 2,” kata Farhan, Senin (16/6/2025).
Farhan menegaskan, kebijakan ini menyasar hotel yang terdampak penurunan okupansi dan PHK. Hanya hotel dengan kondisi tertentu yang akan digunakan untuk kegiatan pemerintahan.
“Saatnya kita berikan insentif pada pelaku industri pariwisata. Ini penting agar sektor ini bisa bertahan,” ujarnya.
Pemkot Bandung juga tengah menyiapkan skema insentif untuk hotel yang memenuhi syarat. Salah satu syaratnya, hotel tidak boleh melakukan PHK selama menerima insentif.
“Nanti akan ada insentif tambahan untuk semua hotel bintang tiga, bintang dua sampai ke melati dengan persyaratan yaitu meniadakan PHK,” katanya.
Farhan juga menanggapi imbauan Dedi Mulyadi soal rapat di kantor. Menurutnya, kewenangan provinsi dan kota berbeda, sehingga kebijakan ini tidak bertentangan.
“Wilayah kewenangan dan juga hotelnya beda lapangan kerjanya. Maksudnya, wilayah kewenangan beliau adalah pemerintah provinsi,” tegasnya.
Industri perhotelan di Bandung menjadi penyumbang besar PAD. Kegiatan MICE diharapkan dapat menggerakkan roda ekonomi lokal.
“Perhotelan di Bandung ini salah satu industri terbesar yang menyumbang PAD dan juga menyediakan lapangan pekerjaan,” tuturnya.
Kebijakan ini dinilai sebagai langkah konkret untuk menyelamatkan sektor pariwisata. Namun, perbedaan pandangan dengan Dedi Mulyadi tetap memicu diskusi publik.
