![]() |
Donald Trump, Presiden Amerika. |
Vnn.co.id, Jakarta - Kebijakan tarif Trump memicu ketidakpastian global hingga saling serang perang dagang.
Dampak yang bisa dirasakan rupiah diperkirakan akan besar mulai dari kaburnya investor asing di pasar keuangan Tanah Air hingga gejolak eksternal yang tinggi.
Indonesia menjadi korban baru dalam perang dagang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
BACA JUGA: Rupiah Makin Melemah, Tembus di Angka 17.261 Rupiah Perdollar US →
Indonesia akan dikenai tarif resiprokal atau timbal balik hingga 32% karena besarnya defisit AS ke Indonesia.
Hal ini akan berdampak negatif pada tidak lakunya barang Indonesia di AS mengingat harga barang yang masuk ke AS akan cenderung lebih mahal dari biasanya.
Alhasil masyarakat di AS akan cenderung memilih produk AS dibandingkan impor dari Indonesia.
Apabila hal ini terus dibiarkan, maka suplai dolar AS Indonesia akan berkurang dan nilai tukar rupiah dapat terus mengalami tekanan.
BACA JUGA: Pilih Jalur Negosiasi, Pemerintah RI Tanggapi Kenaikan Tarif Resiprokal dari Donald Trump →
Tanggapan Analis Asing
Ekonom Senior Bank DBS, Radhika Rao mengatakan bahwa selera risiko tampak melemah usai Amerika Serikat mengumumkan tarif tinggi terhadap sebagian besar mitra dagangnya, termasuk Indonesia.
Sebelum adanya tarif tersebut, pertimbangan domestik sudah terlebih dahulu melemahkan sentimen di pasar rupiah dalam negeri, yang berdampak pada pelemahan mata uang dan obligasi.
Melihat latar belakang yang penuh tantangan ini, otoritas Indonesia diperkirakan akan memberikan sinyal kesiapan untuk mendukung perekonomian, serta memulai pembahasan bilateral dan mencapai kesepakatan dengan pemerintah AS untuk menurunkan beban pajak timbal balik.
BACA JUGA: Bank Indonesia (BI) Terus Monitor Perkembangan Pasar terkait Kebijakan Tarif Trump →
Selain Radhika, Chief FX Strategist in Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Hirofumi Suzuki menyampaikan kepadaCNBC Indonesia Researchbahwa depresiasi rupiah tersebut terjadi akibat tarif balasan dari pemerintahan Trump, alhasil pasar keuangan mengalami penurunan.
"Kekhawatiran akan melambatnya ekonomi global semakin meningkat. Hal ini menyebabkan depresiasi rupiah," ujar Hirofumi.
"Jangan panik. Ini bukan kesalahan bank sentral Indonesia, melainkan akibat dari kondisi eksternal. Bagi bank sentral dan otoritas moneter, sikap hati-hati sangat diperlukan untuk terlebih dahulu memantau situasi ini dengan cermat," tambahnya.
Source: CNBC