 |
Ilustrasi suhu panas. Tahun 2023 secara resmi dinobatkan sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah sejak pencatatan suhu dilakukan pada 1850-an.(Shutterstock) |
VNN.CO.ID - Ilmuwan iklim terkemuka, James Hansen, telah memberikan peringatan serius bahwa suhu Bumi diperkirakan akan melampaui ambang batas kenaikan 1,5 derajat Celsius pada tahun ini. Hansen, mantan ilmuwan NASA, menyoroti pengaruh fenomena El Nino dan ketidakseimbangan energi di Bumi sebagai penyebab potensial kenaikan suhu yang signifikan.
Dalam wawancaranya, Hansen menjelaskan, "Batas pemanasan global sebesar 1,5 derajat celsius telah terlampaui untuk semua tujuan praktis karena ketidakseimbangan energi yang besar di planet ini menyebabkan suhu global akan semakin tinggi."
Ia menambahkan bahwa fenomena El Nino, yang menyebabkan pemanasan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur, serta kesenjangan antara albedo Bumi, semakin melebar, mempercepat pemanasan global.
Pada tahun 2023, Copernicus Climate Change Service (C3S), layanan pemantau perubahan iklim Uni Eropa, menyatakan bahwa tahun tersebut merupakan tahun terpanas sepanjang sejarah sejak catatan suhu dimulai pada 1850-an. Suhu rata-rata global mencapai 14,98 derajat Celsius, mendekati ambang batas kenaikan 1,5 derajat Celsius yang disepakati dalam Perjanjian Paris.
Menanggapi hal ini, ilmuwan memperingatkan bahwa jika kenaikan suhu melebihi 1,5 derajat Celsius, dampaknya dapat mencakup krisis besar seperti kelaparan, konflik, bencana cuaca ekstrem, hilangnya keanekaragaman hayati, dan kenaikan permukaan air laut. Laporan Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pada Mei 2023 juga menunjukkan kemungkinan besar bahwa tahun-tahun mendatang akan terus mencetak rekor suhu tinggi, dengan 98 persen kemungkinan setidaknya satu dari lima tahun akan menjadi tahun terpanas.
Kondisi ini menimbulkan keprihatinan akan konsekuensi serius terhadap kehidupan di Bumi, memicu desakan untuk tindakan lebih lanjut dalam mengatasi perubahan iklim dan melindungi ekosistem global.***
