Menjadi Negara dengan Kasus Stunting Tertinggi, Bagaimana Upaya Pemerintah Indonesia ? -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Menjadi Negara dengan Kasus Stunting Tertinggi, Bagaimana Upaya Pemerintah Indonesia ?

, 11/16/2021 04:26:00 AM

 

Ilustrasi Stunting (Kumparan.com)

Vnn.co.id, Tangerang - Pandemi Covid-19 sampai saat ini masih mewabahi Indonesia sejak tahun 2020. Pandemi ini memberikan banyak dampak buruk kepada masyarakat, seperti hilangnya pekerjaan dan pendapatan, kesulitan untuk mengakses tempat umum seperti sekolah, kantor, dan tempat umum lainnya, bahkan pandemi Covid-19 ini dapat menimbulkan adanya masalah kesehatan lain seperti stunting.

 

Stunting merupakan sebuah kondisi dimana terhambatnya perkembangan dan pertumbuhan pada anak yang disebabkan oleh kekurangan gizi yang dialami oleh anak sejak di dalam kandungan hingga pada usia 24 bulan. Terhambatnya perkembangan dan pertumbuhan pada anak yang mengalami stunting dapat mempengaruhi potensi anak di masa mendatang, bahkan jika dampak parahnya dari stunting ialah dapat menyebabkan kematian.

 

Stunting sendiri di Indonesia sudah menjadi permasalahan kesehatan yang mengkhawatirkan sebelum adanya pandemi Covid-19 ini, bahkan Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus stunting tertinggi dan menempati urutan keempat di dunia dan urutan kedua di Asia Tenggara. Dilansir dari bkkbn.go.id, pada tahun 2019 hasil dari Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) menunjukkan bahwa terjadi penurunan angka stunting berada pada 27,67 persen, namun walaupun angka stunting ini menurun, angka tersebut masih dinilai tinggi, mengingat WHO menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 20 persen.

 

Sedangkan menurut data yang dilansir dari stunting.go.id pada senin (15/11) hasil dari survei yang dilakukan oleh BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) pada 1 April hingga 31 Mei 2021 terhadap 68,48 juta kepala keluarga di 34 provinsi, menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 12% keluarga yang berisiko stunting dari jumlah yang di survei. Adanya data tersebut dapat dijadikan sebagai acuan oleh pemerintah dalam menangani stunting dengan lebih baik lagi, terutama di masa pandemi ini.

 

Dampak Covid-19 yang dapat menyebabkan pendapatan masyarakat menurun bahkan hingga menghilang membuat masyarakat menjadi kesulitan untuk mendapatkan pasokan makanan terutama bagi ibu hamil dan juga bayi. Jika dampak terus terjadi maka kemungkinan akan terjadi peningkatan tajam dalam jumlah anak-anak Indonesia yang mengalami gizi buruk, sehingga dapat timbul resiko terjadinya stunting. Untuk itu diperlukannya tindakan cepat untuk menangani permasalahan ini.

 

Dilansir dari kompas.com, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT), Abdul Halim Iskandar memastikan bahwa penanggulangan stunting menjadi program yang diprioritaskan dalam pembangunan desa. Halim juga mengatakan bahwa dalam dua tahun terakhir pihaknya telah menurunkan anggaran dana untuk penanggulangan stunting sebesar 11,3 triliun rupiah. Dana tersebut digunakan untuk pembelian makanan tambahan anak, pembelian obat dan vitamin untuk pondok bersalin desa, rehabilitasi dan operasional layanan Posyandu, rehabilitasi dan operasional pos kesehatan desa, hingga operasional bidan desa, dan juga untuk menunjang ketersediaan air bersih dan sanitasi.

 

Selain itu, pemerintah juga saat ini telah membentuk sebuah program yang bertujuan untuk mengkampanyekan informasi seputar stunting yaitu GenBest (Generasi Bersih dan Sehat Bebas Stunting). Program ini dikoordinatori oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kemkominfo) dan bekerja sama dengan BKKBN. GenBest memanfaatkan media internet dan juga media sosial serta aplikasi GenBest untuk menyebarkan informasi seputar stunting dalam bentuk artikel, infografis, video, bahkan komik. Kampanye ini dilakukan agar masyarakat lebih mengetahui dan memahami stunting sehingga dapat menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat, serta bebas dari stunting.

 

Rep : Alfi Khaerotunnisa

Editor : Sukmasih (VNN.co.id)

TerPopuler

close