Dampak Covid-19 Terhadap Consumen Behavior -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Dampak Covid-19 Terhadap Consumen Behavior

, 11/13/2021 08:58:00 AM
Konsumen saat masa pandemi (Credit: Freepik)



VNN.co.id, Opini – Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung sejak awal tahun 2020 telah berdampak bagi kehidupan manusia, di sisi lain pandemi membuat digitalisasi kian berkembang. Terjadi perubahan dalam perilaku konsumen selama pandemi Covid-19. Perubahan terjadi karena adanya kebijakan social distancing. Konsumen mengembangkan kebiasaan dari waktu ke waktu tentang apa yang harus dikonsumsi, kapan dan di mana (Sheth, 2020). Hal ini tidak terbatas pada konsumsi. Begitu juga dengan belanja, mencari informasi dan pembuangan sampah pasca konsumsi. 

Sementara itu, perilaku konsumen juga bersifat  kontekstual. Terdapat empat konteks utama yang mengatur atau mengganggu kebiasaan konsumen (Sheth J. , 2020). Pertama, perubahan konteks sosial melalui peristiwa kehidupan seperti pernikahan, memiliki anak dan pindah dari satu kota ke kota lain. Konteks sosial meliputi tempat kerja, komunitas, tetangga, dan teman. Konteks kedua adalah teknologi. Ketika teknologi terobosan muncul, mereka mematahkan kebiasaan lama. Pencarian online dan pemesanan online telah secara dramatis memengaruhi cara kita berbelanja serta produk dan layanan konsumen.

Konteks ketiga yang berdampak pada kebiasaan konsumsi adalah peraturan dan perundang-undangan terutama terkait dengan ruang publik dan bersama serta dekonsumsi produk yang tidak sehat. Misalnya, konsumsi rokok, alkohol, dan senjata api diatur konsumsinya berdasarkan lokasi. Tentu saja, kebijakan publik juga dapat mendorong konsumsi produk dan layanan yang baik bagi masyarakat seperti energi surya, mobil listrik, dan layanan asuransi mobil dan rumah wajib serta vaksin untuk anak-anak.

Konteks keempat dan kurang dapat diprediksi adalah bencana alam seperti gempa bumi, angin topan, dan pandemi global termasuk pandemi Covid-19 yang kita alami saat ini. Demikian pula, ada konflik regional, perang saudara serta perang yang benar-benar global seperti Perang Dunia II, perang dingin. 

Menurut Seth (2020) keempat konteks di atas secara signifikan mengganggu konsumsi serta produksi dan rantai pasokan. 

Dengan adanya social distancing, aktivitas konsumen untuk berbelanja menjadi terbatas. Terjadi pergeseran mobilitas dan bahkan hampir sulit untuk melakukan mobilitas di tengah kebijakan social distancing. Bekerja, sekolah, dan berbelanja semuanya telah bergeser dan terlokalisasi di rumah. Kendati demikian, konsumen memiliki lebih banyak fleksibilitas waktu karena konsumen tidak harus mengikuti jadwal yang direncanakan untuk pergi bekerja atau ke sekolah atau berbelanja atau makan.

Di awal masa pandemi Covid-19, marak ditemukannya aksi penimbunan produk-produk tertentu oleh para konsumen. Penimbunan adalah reaksi umum untuk mengelola ketidakpastian pasokan produk kebutuhan dasar di masa depan. Selain penimbunan, muncul juga pasar gelap di mana tengkulak yang tidak sah menimbun produk dan menaikkan harga. Hal ini terjadi pada produk APD (alat pelindung diri) dan tabung oksigen untuk tenaga kesehatan. Akibatnya, permintaan ekstra sementara yang diciptakan oleh penimbunan, juga mendorong pemasaran produk palsu.

Di sisi lain terjadi perkembangan, di mana konsumen akan lebih kreatif ketika menghadapi keterbatasan. Dalam prosesnya, kebiasaan yang ada tidak digunakan dan diganti dengan cara-cara baru untuk mengonsumsi ditemukan. Sebagai contoh sederhana, ketika prosesi pernikahan. Virus corona melahirkan layanan dalam bidang bisnis dan acara Zoom.

Improvisasi dilakukan untuk mengelola kekurangan produk atau layanan adalah bidang lain dari penelitian masa depan. Ini mengarah pada praktik inovatif dan sering mengarah pada pilihan alternatif untuk konsumsi yang berpusat pada lokasi seperti dan pendidikan online. 

Selama masa krisis dan ketidakpastian, kecenderungan umum adalah untuk menunda pembelian dan konsumsi produk atau layanan yang tidak ditentukan. Seringkali, ini dikaitkan dengan barang-barang tahan lama dengan harga tiket besar seperti mobil, rumah, dan peralatan. Ini juga mencakup layanan tidak terbatas seperti konser, olahraga, bar, dan restoran. Hal ini mengakibatkan pergeseran permintaan dari sekarang ke masa depan. Permintaan yang terpendam adalah konsekuensi umum ketika akses ke pasar ditolak untuk waktu yang singkat untuk layanan seperti taman dan rekreasi, film, dan hiburan. Sementara para ekonom telah mempelajari dampak permintaan terpendam pada pertumbuhan PDB, hanya ada sedikit penelitian tentang perilaku konsumen tentang sifat dan ruang lingkup permintaan terpendam.

Sebagian besar konsumen menyukai media sosial termasuk Facebook, WhatsApp, YouTube, Instagram, LinkedIn, dan lainnya. Internet adalah media yang kaya dan memiliki jangkauan global. Negara-negara terbesar dalam populasi bukan lagi Cina dan India. Mereka adalah Facebook, YouTube, dan WhatsApp. Masing-masing memiliki lebih dari satu miliar pelanggan dan pengguna. Ini telah secara dramatis mengubah sifat dan cakupan saran dan rekomendasi dari mulut ke mulut serta berbagi informasi. Salah satu area dengan pertumbuhan tercepat adalah influencer marketer. Banyak dari mereka memiliki jutaan pengikut. Dampak teknologi digital pada umumnya dan media sosial pada khususnya terhadap perilaku konsumen sangat besar dalam skala dan meresap dalam kehidupan sehari-hari konsumen. 


Penulis : Deviana Ramadani (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Untirta)

Editor : Sukmasih (VNN.co.id)


TerPopuler

close