Illustrasi bekerja secara remote, (sumber: freepik) |
VNN.co.id, Worklife - Sejak penyebaran pandemi Covid-19 semakin meluas di Indonesia, kita mulai menerapkan cara-cara baru untuk bekerja. Sejumlah kebijakan pemerintah menuntut mobilitas manusia semakin diminimalisir, dan saat itu kita semua mengenal istilah WfH (Work from Home) atau bekerja secara remote. Cara kerja baru ini menuntut karyawan untuk beradaptasi dengan cepat. Kita semua tiba-tiba dipaksa untuk bekerja dari rumah dan tetap produktif dengan memberikan hasil yang baik.
Lalu bagaimana kita mampu memberikan hasil maksimal meskipun
dalam kondisi bekerja secara remote? Ini adalah pertanyaan yang banyak
dipertanyakan sejumlah orang saat mereka mulai bekerja secara remote.
Ethan Bernstein, seorang profesor administrasi bisnis di
Havard Business School mengatakan, kantor tidak perlu untuk produktivitas.
Kantor memiliki fungsi sebagai identitas di mana sebuah
perusahaan berada. Secara kinerjanya, keberadaan kantor bersifat add-on (tambahan)
di mana tujuan keberadaannya untuk membangun dan mempererat hubungan antara
orang-orang yang bekerja. Jika Anda memahami hal ini, maka Anda tidak akan
mengeluh tentang bekerja secara remote dan mungkin saja keberadaan
kantor-kantor akan mulai sedikit. Jika ini terus berlanjut hingga masa after
Covid-19, maka satu-satunya yang tersisa adalah kantor utama/markas
besar/headquarters dari suatu perusahaan.
Sebagian orang akan mengatakan, mereka akan memiliki masalah
tentang fokus saat bekerja secara remote. Bahkan bukan hanya para
pekerja yang mengalami kesulitan dengan sistem bekerja secara remote, perusahaan
juga mengeluhkan hal yang sama. Jika hal seperti ini telah terjadi, maka
komunikasi dan kolaborasi menjadi hal utama yang menjadi penggerak utama selama
bekerja secara remote. Kedua hal tersebut, komunikasi-kolaborasi dapat
menciptakan suasana dan lingkup kerja yang segar, terarah dan kreatif.
Sejumlah pekerjaan seperti riset, perencanaan, pengaturan,
dan sebagainya memerlukan alur komunikasi yang lancar. Ketika manajemen
komunikasi terhambat, maka dapat dikatakan pekerjaan akan cenderung kabur dan
tidak terorganisir. Pemanfaatan teknologi perlu di optimalisasi sejalan dengan
pembagian tugas yang terstruktur.
Sejumlah software menunjang berjalannya alur komunikasi
organisasi secara terstruktur, mereka adalah Slack dan Discord. Kedua aplikasi
tersebut menunjang kebutuhan komunikasi organisasi. Keduanya menawarkan cara
penyampaian pesan secara cepat di seluruh departemen di perusahaan atau hanya
beberapa departemen hanya melalui satu server utama.
Bagaimanapun, kita semua harus beradaptasi dalam evolusi besar yang menuntut perubahan cara bekerja. Seperti apa yang dikatakan Charles Darwin – Bukan spesies terkuat yang bertahan, bukan pula yang paling cerdas. Tetapi yang paling mudah beradaptasi dengan perubahan.
---
Redaktur: Sukmasih