BREAKING NEWS
IKLAN PENERJEMAH

Ngeri! Polusi Udara & Asap Rokok Bisa Ganggu Otak Anak Sejak dalam Kandungan

 


Jakarta, VNN.co.id - Paparan polusi udara dan asap rokok ternyata bukan hanya berisiko pada paru-paru, tapi juga bisa menghambat tumbuh kembang anak, bahkan sejak masih dalam kandungan.

Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), menegaskan bahwa polusi udara kini menjadi ancaman serius bagi generasi muda.

“Kita harus sadar bahwa bumi tempat anak-anak tumbuh sudah sangat tercemar. Banyak orang tua yang masih belum menyadari bahwa asap rokok dan polusi udara di sekitar mereka dapat mengganggu tumbuh kembang anak,” ujar dr. Piprim dalam seminar media, Kamis (9/10/2025).

Dampak Polusi Udara Sejak dalam Kandungan

Menurut dr. Cynthia Centauri, Sp.A, Subsp. Resp(K), anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Anak IDAI, paparan polusi udara dapat berdampak sejak masa kehamilan. 

Polutan seperti particulate matter halus (PM2.5), nitrogen dioksida (NO₂), dan sulfur dioksida (SO₂) dapat masuk ke aliran darah ibu hamil dan memengaruhi pertumbuhan janin.

“Beberapa penelitian menunjukkan, paparan polusi selama kehamilan berisiko menyebabkan berat badan lahir rendah, bayi prematur, hingga gangguan perkembangan otak,” kata dr. Cynthia.

Ia menambahkan, polusi udara juga bisa meningkatkan risiko gangguan metabolik, autism spectrum disorder (ASD), serta gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) pada anak.

Asap Rokok dan Vape Sama Berbahayanya

Selain polusi udara, asap rokok juga menjadi penyumbang besar gangguan kesehatan anak. Menurut dr. Cynthia, anak dapat menjadi korban dari tiga jenis paparan asap rokok, yaitu:

  1. First-hand smoker, atau perokok aktif.

  2. Second-hand smoker, atau perokok pasif yang menghirup asap dari lingkungan sekitar.

  3. Third-hand smoker, yakni paparan residu asap rokok yang menempel di dinding, furnitur, atau pakaian.

“Paparan dari ibu perokok selama kehamilan terbukti dapat menurunkan panjang badan bayi dan meningkatkan risiko stunting,” ujar dr. Cynthia.

Ia menambahkan, anak yang hidup bersama perokok juga lebih rentan mengalami infeksi saluran napas berulang, asma, hingga gangguan kognitif.

Tak hanya itu, rokok elektronik atau vape bukanlah alternatif aman. Kandungan nikotin dan logam berat di dalamnya dapat mengiritasi paru-paru anak serta menurunkan daya tahan tubuh.

Risiko Turunnya Daya Pikir & Prestasi Akademik

Paparan jangka panjang terhadap polusi udara maupun asap rokok tak hanya merusak paru, tapi juga dapat memengaruhi fungsi otak.

“Partikel halus PM2.5 bisa menembus sawar darah otak (blood-brain barrier) dan memicu peradangan,” jelas dr. Cynthia.

Anak-anak yang tinggal di wilayah dengan tingkat polusi tinggi terbukti memiliki kemampuan kognitif lebih rendah, serta tingkat kehadiran sekolah yang juga lebih buruk. Gangguan ini dapat berdampak jangka panjang terhadap prestasi akademik, kemampuan konsentrasi, dan keterampilan sosial anak.

Pencegahan Dimulai dari Rumah

Para dokter anak IDAI menegaskan, langkah pencegahan harus dimulai dari rumah. Orang tua diimbau tidak merokok di dalam rumah atau di dekat anak, serta menjaga kualitas udara di lingkungan tempat tinggal.

Beberapa langkah yang disarankan antara lain:

  • Menghindari aktivitas luar ruangan saat indeks kualitas udara memburuk.

  • Memakaikan masker N95 pada anak ketika berada di area berpolusi tinggi.

  • Menyalakan air purifier dengan filter HEPA di dalam rumah.

  • Menanam tanaman hijau untuk membantu menyerap polutan.


close