Bukan Cuma Karena Gula! Dokter Bongkar Penyebab Diabetes yang Sering Dianggap Sepele
Jakarta, VNN.co.id - Selama ini kita sering mengira diabetes hanya disebabkan oleh terlalu banyak konsumsi gula. Padahal, menurut dokter spesialis penyakit dalam RS Bethsaida Hospital Gading Serpong, dr. Timoteus Richard, Sp.PD, penyebabnya bisa jauh lebih kompleks dari sekadar makanan manis.
“Banyak pasien yang tidak sadar bahwa kebiasaan sederhana seperti sering makan fast food, kurang gerak, hingga tidur larut malam karena gadget bisa memicu terjadinya diabetes,” ujar dr. Timoteus, dikutip dari Kompas.com, Kamis (17/10/2025).
Ia menjelaskan, makanan cepat saji umumnya tinggi kalori, gula, garam, dan lemak jenuh, namun minim serat serta nutrisi penting. Kombinasi itu bisa berujung fatal bila dikonsumsi terus-menerus.
“Jika dikonsumsi berlebihan, tubuh menyimpan energi berlebih sebagai lemak, terutama di perut, yang memicu resistensi insulin, awal mula diabetes tipe 2,” katanya.
Lebih lanjut, dr. Timoteus menambahkan, lonjakan gula darah setelah makan memaksa pankreas bekerja ekstra keras. Dalam jangka panjang, kondisi ini membuat pankreas kewalahan dan akhirnya meningkatkan risiko diabetes.
Apa Itu Diabetes Melitus?
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolik ketika sel beta pankreas kehilangan kemampuannya untuk memproduksi atau menggunakan insulin secara optimal. Akibatnya, kadar gula dalam darah melonjak dan tidak bisa dikendalikan.
“Insulin dibutuhkan untuk mengontrol gula dalam darah. Pada penderita diabetes, fungsi ini terganggu sehingga gula darah cenderung tinggi,” tutur dr. Timoteus.
Konsumsi Gula Berlebih Masih Tinggi
Survei Kesehatan Indonesia 2023 menunjukkan bahwa pola konsumsi masyarakat terhadap makanan dan minuman manis masih sangat tinggi.
Sebanyak 47,5 persen penduduk berusia di atas tiga tahun mengonsumsi minuman manis lebih dari satu kali per hari, dan 33,7 persen mengonsumsi makanan manis dengan frekuensi serupa.
Padahal, konsumsi gula berlebih bisa menjadi pintu masuk bagi berbagai penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes melitus, penyakit jantung, kanker, hingga gagal ginjal.
Bukan Cuma Makanan, Tapi Juga Gaya Hidup
Selain pola makan yang buruk, dr. Timoteus menyoroti kurangnya aktivitas fisik dan pola tidur yang buruk sebagai faktor lain yang meningkatkan risiko diabetes.
“Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan penumpukan lemak tubuh, yang akhirnya meningkatkan risiko resistensi insulin,” ujarnya.
Tak hanya itu, kebiasaan menatap layar gadget sebelum tidur juga ikut berperan. Paparan cahaya biru dari gadget bisa mengacaukan pola tidur dan meningkatkan hormon stres, yang berdampak pada kestabilan kadar gula darah.
Gaya Hidup Sehat adalah Kunci
dr. Timoteus menegaskan bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Caranya? Dengan mengatur pola hidup sehat sejak dini.
Ia menyarankan untuk:
-
Membatasi konsumsi makanan cepat saji tinggi kalori.
-
Rutin berolahraga minimal 30 menit setiap hari.
-
Tidur cukup dan berkualitas setiap malam.
-
Melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin.



