VNN.co.id - Michelin membuka peluang mengubah sistem penalti tekanan ban MotoGP. Hukuman selama balapan, seperti long lap, bisa gantikan penalti pasca-balapan.
Aturan saat ini mewajibkan tekanan ban depan minimal 1,8 bar dan belakang 1,68 bar. Pelanggaran selama 60% putaran Grand Prix berujung penalti 16 detik.
Di balapan Sprint, ambang batasnya 30% dengan penalti 8 detik. Hukuman ini diterapkan setelah balapan selesai.
Hasil balapan sering berubah setelah podium. Beberapa pembalap kehilangan posisi podium akibat pelanggaran tekanan ban.
Contohnya Maverick Vinales di Qatar. Ia turun dari posisi kedua ke 14 karena pelanggaran tekanan ban depan.
Menurut laporan dari CRASH, empat pembalap dihukum di GP Inggris. Ini menunjukkan sulitnya tim menjaga tekanan ban.
“Kami berdiskusi dengan Dorna, FIM, dan MSMA,” kata Piero Taramasso, bos balap roda dua Michelin.
“Kami terbuka untuk sistem yang lebih baik,” tambahnya.
Michelin yakin teknologi pemantauan tekanan ban akurat. Ini memungkinkan hukuman diberikan langsung selama balapan.
“Masalahnya bukan teknologi, tapi cara menerapkan penalti,” ujar Taramasso.
“Hukuman setelah podium yang bikin orang kesal,” lanjutnya.
Taramasso usulkan penalti long lap di 3/4 jarak balapan. Ini lebih ringan dari penalti 16 detik saat ini.
Hukuman long lap hanya memakan 3-5 detik. Hasil balapan pun bisa final di garis finis.
Taramasso menilai pengukuran tekanan pra-balapan tidak adil. Setiap pembalap butuh tekanan awal berbeda.
“Pengukuran real-time di lintasan paling adil,” tegas Taramasso.
Pelanggaran biasanya hanya selisih kecil. Tim sengaja mengambil risiko strategi untuk performa maksimal.
“Pelanggaran terjadi karena strategi, bukan kesalahan teknis besar,” kata Taramasso.
Pembalap mendapat peringatan tekanan ban di dasbor. Ini jadi bagian strategi balapan.
Taramasso menolak penurunan batas tekanan 1,8 bar. “Kami sudah di batas aman,” ungkapnya.
Michelin akan tetap jadi pemasok ban hingga 2026. Pirelli akan menggantikan pada 2027.
Hukuman selama balapan bisa jadi solusi. Tapi, ini juga akan menghukum pelanggaran akibat kerusakan tak terduga.
“Kami terbuka untuk semua solusi,” tutup Taramasso.
