5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Saat Kehilangan Pekerjaan

Jakarta, VNN.co.id - Kehilangan pekerjaan bisa terasa seperti kehilangan pijakan hidup. Bukan cuma soal keuangan, tapi juga menyentuh sisi emosional, mental, bahkan rasa percaya diri.
Setelah menerima kabar layoff, banyak orang merasa kehilangan arah, waktu seolah melambat, pikiran jadi kacau, dan perasaan tak berguna mulai muncul. Semua itu wajar, tapi kalau dibiarkan, bisa berkembang jadi stres berkepanjangan.
Di tengah tekanan tersebut, kamu mungkin merasa harus tetap terlihat kuat. Padahal, menjaga kesehatan mental setelah kehilangan pekerjaan sama pentingnya dengan mencari kerja baru.
Kalau pikiranmu tidak stabil, energi untuk bangkit juga sulit terkumpul. Jadi, daripada berpura-pura baik-baik saja, yuk pelan-pelan rawat kesehatan mentalmu dengan lima cara berikut ini.
1. Akui dan Validasi Perasaanmu
Langkah pertama untuk pulih adalah berani mengakui perasaan sendiri. Merasa sedih, kecewa, marah, atau bahkan gagal itu bukan tanda kelemahan. Itu tanda bahwa kamu manusia.
Banyak orang mengaitkan nilai dirinya dengan pekerjaan, sehingga ketika kehilangan pekerjaan, mereka merasa kehilangan identitas. Daripada menghindari emosi itu, beri ruang untuk merasakannya. Kamu bisa menulis di jurnal, curhat ke teman, atau sekadar duduk diam dan mengenali apa yang muncul di hati.
Mengakui perasaanmu bukan berarti menyerah, tapi langkah awal menuju pemulihan yang jujur dan sehat.
2. Tetap Jaga Rutinitas Harian
Salah satu dampak terbesar dari kehilangan pekerjaan adalah berubahnya rutinitas. Tak ada lagi alarm pagi, rapat, atau jadwal kerja yang teratur. Akibatnya, ritme hidup jadi kacau dan mental ikut goyah.
Cobalah buat rutinitas sederhana yang memberi struktur pada harimu. Bangun di jam yang sama setiap pagi, mandi, sarapan, lalu isi waktu dengan aktivitas yang kamu nikmati seperti olahraga, belajar skill baru, atau beres-beres rumah.
Rutinitas membuat otak merasa punya kendali, dan perasaan itu sangat penting untuk menjaga kestabilan mental.
3. Jaga Koneksi Sosial, Walau Sekadar Chat
Saat sedang down, insting pertama biasanya adalah menarik diri dari orang lain. Namun justru di saat seperti ini, kamu butuh dukungan sosial. Tak perlu obrolan mendalam — bahkan ngobrol receh soal film, makanan, atau meme lucu pun bisa memperbaiki suasana hati.
4. Batasi Media Sosial yang Bikin Insecure
Saat sedang kehilangan arah, scroll media sosial bisa jadi jebakan. Algoritma cenderung menampilkan pencapaian orang lain seperti promosi jabatan, pekerjaan baru, atau kehidupan “sempurna”. Akhirnya, kamu malah merasa tertinggal.
Coba lakukan detoks media sosial sementara waktu. Unfollow akun-akun yang bikin overthinking dan ganti dengan konten edukatif atau motivatif. Ingat, timeline setiap orang berbeda. Kecepatanmu bukan ukuran gagal, dan prosesmu tetap valid.
5. Jangan Ragu Mencari Bantuan Profesional
Kalau kamu merasa sedih terus-menerus, sulit tidur, mudah marah, atau kehilangan minat terhadap hal-hal yang dulu disukai, mungkin itu tanda kamu butuh bantuan profesional.
Konsultasi dengan psikolog bukan berarti kamu “lemah”, tapi karena kamu cukup peduli pada diri sendiri untuk mencari pertolongan.
Kini banyak platform online yang menyediakan layanan konseling dengan biaya terjangkau. Kamu tidak harus menunggu sampai kondisimu memburuk, minta bantuan lebih cepat justru bentuk keberanian.
Kehilangan pekerjaan memang berat, tapi itu bukan akhir dari segalanya. Menjaga kesehatan mental bukan berarti harus selalu berpikir positif, kamu tetap boleh sedih. Yang penting, jangan biarkan kesedihan itu menghancurkanmu.
Kamu tetap berharga, bahkan tanpa jabatan atau pekerjaan sekalipun.



