BREAKING NEWS
IKLAN PENERJEMAH

Bursa Kerja Kini Mirip Aplikasi Kencan, Pelamar & Perusahaan Sama-Sama Frustrasi

 


Jakarta, VNN.co.id – Bursa kerja global tengah dilanda krisis yang menghantam hampir semua kalangan. Dari fresh graduate hingga pekerja berpengalaman korban PHK, semuanya sama-sama kesulitan mendapatkan pekerjaan baru.

Kondisi ini diperparah oleh ketidakpastian ekonomi, konflik geopolitik, dan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang makin gencar digunakan perusahaan untuk menyaring lamaran kerja. Alhasil, ratusan lamaran terkirim, tapi kabar baik jarang datang.

Sebut saja Harris, lulusan UC Davis, yang mengaku sudah melamar ke 200 perusahaan tanpa satu pun berhasil. Padahal, resume yang ia buat sudah berisi pengalaman magang bergengsi dan prestasi akademik mentereng. 

“Saya sudah berbulan-bulan mencoba, tapi tetap saja gagal,” keluhnya.

Nasib serupa juga dialami Marine, paralegal dengan pengalaman kerja 10 tahun. Setelah di-PHK pada April lalu, ia sudah menembus tahap wawancara kedua di beberapa perusahaan. Namun, ujung-ujungnya selalu gagal sampai tahap final.

Fenomena ini tak lepas dari sistem perekrutan modern. Menurut laporan The Atlantic, perusahaan kini menerima begitu banyak lamaran, bahkan sebagian besar dikirim menggunakan AI sehingga mereka balik mengandalkan AI untuk menyaring kandidat. 

Prosesnya tak lagi manual, mulai dari menulis deskripsi pekerjaan, menilai kandidat, menjadwalkan wawancara, hingga bahkan melakukan interview lewat chatbot.

“AI bisa membantu kandidat lolos lebih cepat ke tahap wawancara, asalkan sesuai dengan kriteria,” jelas pakar karier Indeed, Priya Rathod. 

Namun, ia juga mengakui banyak pencari kerja justru merasa usaha mereka sia-sia.

Ironisnya, situasi ini menciptakan siklus tanpa ujung, pelamar makin banyak mengandalkan ChatGPT untuk membuat CV dan surat lamaran, perusahaan makin mengandalkan algoritma untuk menyaring, dan hasilnya makin banyak yang gagal menembus proses rekrutmen. 

Tak sedikit yang menyebutnya “neraka bursa kerja” mirip seperti pasar kencan digital ala Tinder.

Rathod menyarankan agar pencari kerja tak hanya bergantung pada aplikasi online. 

Menurutnya, cara tradisional seperti membangun jejaring, bertemu langsung dengan perekrut, hingga menggali peluang lewat relasi lama masih bisa jadi jalan keluar.

Meski begitu, bagi Harris, Marine, dan jutaan pencari kerja lain, realitasnya tetap pahit. Mereka hanya bisa terus melamar, berharap roda perekrutan kembali berputar ke arah yang lebih bersahabat.***

close
Lebaran 2025