BBM Non Subsidi Diserbu, Negara Diam-diam Hemat Rp3,5 Triliun!

Jakarta, VNN.co.id – Fenomena kosongnya stok BBM di beberapa SPBU swasta seperti Shell dan BP-AKR dalam beberapa pekan terakhir ternyata punya cerita lain.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung, mengungkapkan bahwa kondisi ini terjadi karena adanya peralihan konsumsi masyarakat dari Pertalite (BBM subsidi) ke BBM non subsidi.
Yuliot menyebut, peralihan ini mencapai 1,4 juta kilo liter (KL). Salah satu penyebab utamanya adalah penerapan kewajiban penggunaan QR Code untuk membeli BBM subsidi di SPBU Pertamina.
Banyak pengguna kendaraan yang belum mendaftar atau memiliki kapasitas mesin (CC) tak sesuai aturan, sehingga akhirnya beralih ke BBM non subsidi.
“Sementara masyarakat karena itu perlu mendaftar, kemudian mereka juga mungkin itu CC kendaraannya tidak sesuai, terjadi shifting yang tadinya dari subsidi Pertalite itu menjadi non subsidi,” jelas Yuliot.
Meski bikin sebagian SPBU kehabisan stok, ada efek positif bagi keuangan negara. Dengan harga Pertalite saat ini Rp10.000 per liter, sedangkan BBM non subsidi setara RON 90 di SPBU Vivo dibanderol Rp12.530 per liter, terdapat selisih Rp2.530. Selisih itu bisa dianggap sebagai nilai subsidi yang dihemat negara.
Jika dihitung, peralihan konsumsi 1,4 juta KL setara dengan penghematan sekitar Rp3,54 triliun. Angka ini bahkan belum termasuk potensi penghematan dari BBM subsidi jenis solar.
Fenomena ini memperlihatkan, meski publik sempat resah karena stok BBM non subsidi menipis di SPBU swasta, pemerintah justru memperoleh ruang fiskal lebih besar dari berkurangnya beban subsidi energi.***



