Amal Usaha : Perkusutan Makna dan Fungsi -->
SRU 2025 Lebaran 2025
IKLAN PENERJEMAH HUT RI 2023 VNNCOID

Amal Usaha : Perkusutan Makna dan Fungsi

, 7/15/2023 01:46:00 AM


Vnn.co.id - Pendirian Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) berawal dari tantangan Kyai Ahmad Dahlan kepada murid-muridnya untuk mengamalkan Surat Al-Ma’un yang diawali dengan pendirian Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah di Kauman pada 1 Desember 1911. Karena itu, fondasi mendasar dan jiwa di dalam gerakan AUM adalah tujuh Pokok Pikiran di dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.


Penekanan latar belakang inilah yang membuat AUM tidak sekadar perhitungan duniawi semata dan tidak semata-mata usaha yang berwujud atau tangible.


AUM pada masa berdirinya memiliki fungsi sebagai media dakwah persyarikatan untuk mencapai tujuan persyarikatan, yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam, sehingga terwujud masyarakat islam yang sebenar-benarnya.


AUM yang memberi makna Al-Maun perlahan terkikis niat para kader persyarikatan, AUM pun secara terbuka diibaratkan sebuah kue yang enak dan akan menjadi perebutan para kader. Perkusutan fungsi dan makna AUM pun makin terlihat. Semangat Al-Maun yang hampir hilang. 


Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Cileungsi memiliki AUM yang banyak dan berkembang. Disatu sisi menjadi simbol kemajuan PCM Cileungsi karena berhasil dinobatkan menjadi Cabang terbaik nomor dua dari LCPR PP Muhammadiyah, tapi disisi lain menjadi perebutan yang lumayan sengit dari para kadernya. 


Terbukti dengan hidupnya koalisi menjelang Musyawarah Cabang, sebenarnya agak sedikit aneh bahwa koalisi bisa ada dalam sistem Musyawarah. Pada akhirnya ini merusak tatanan kolektif kolegial itu sendiri. 


Dasar koalisi itu hidup adalah ambisi dan tak mungkin ada yang namanya koalisi tanpa ambisi, lalu ambisi mengkerucut pada keinginan bersama yang meniadakan keinginan yang berseberangan.  


Kita tidak akur, kita tidak saling percaya, dan kita semua saling menyingkirkan. Ukhuwah tenggelam dalam lautan ambisi lalu kita melakukan pembenaran akan pertarungan itu dengan menyebutnya sebagai "dinamika". 


Mana muslimnya yang katanya bagaikan satu tubuh ketika yang satu sakit maka semuanya akan sakit. Sebagai sesama kader Muhammadiyah seharusnya kita mengilhami sajak Sutardji.


"Yang Tertusuk padamu, berdarah padaku".

Kita semua bertarung, kita semua saling curiga, kita semua saling menutup akses. Kita tidak pernah menengok Kyai Syuja, Haji Fachrudin, Haji Tamim, Haji Hisyam, Haji Syarkawi dan Haji Abdul Ghani. Persahabatan murid-murid Kyai Dahlan itu dalam mendukung dakwah Islam, dan berhasil mendirikan Muhammadiyah ini. 


Lalu, makna AUM memudar dan hanya menjadi ladang subur bagi orang-orang yang jauh dari spirit pokok-pokok pemikiran Muhammadiyah, olehnya ditujukan untuk memperkuat diri sendiri dalam aspek ekonomi, kekuasaan, dll.


Apakah kita pernah mensurvei apakah ada dalam jarak beberapa rumah di dekat gedung megah Persyarikatan Muhammadiyah masih ada orang yang berada dalam kemiskinan dan tidak bisa makan? Karena dalam etika pembangunan itu menjadi hal yang dzolim ketika ada bangunan megah ditengah masyarakat yang kelaparan. 


Perkusutan antara fungsi dan makna dalam AUM menjadikan kedudukan dakwah persyarikatan perlahan kabur. Koalisi dihidupkan dengan dalih menyelamatkan persyarikatan, semua berebut tafsir mengenai hal itu, Ukhuwah lenyap pelan-pelan. Kepedulian menguap menjadi kemenangan dan kekalahan, hingga akan banyak yang kecewa diam-diam.


Kita harus merenungi peran kita sebagai kader dan kita harus berdarah ketika ada saudara kita yang terluka. Bukan saling melukai.

Penulis : Ade Nur Cahya
Editor : Ramdhan

TerPopuler

close