Vanuatu Negara Yang Pernah Menggunakan Budaya Kanibal, Makan Daging Manusia. -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Vanuatu Negara Yang Pernah Menggunakan Budaya Kanibal, Makan Daging Manusia.

, 9/30/2020 03:35:00 AM

Bendera Negara Vanuatu.
Vnn.co.id, International - Menjadi berita di Tanah Air setelah menuding Indonesia  melakukan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masyarakat Papua di forum internasional PBB, negara kecil yang “jauh dari mana-mana” Vanuatu mendadak ramai di media.

Diplomat Indonesia sendiri menegaskan tuduhan negara Pasifik tersebut tidak berdasar dan menuntut mereka berhenti mencampuri urusan dalam negeri Tanah Air.

"Memalukan negara yang satu ini (Vanuatu) terus memiliki obsesi yang berlebihan dan tidak sehat mengenai bagaimana Indonesia seharusnya bertindak atau mengatur dirinya sendiri," ujar diplomat muda Silvany Austin Pasaribu dalam rilis PJTRI, Minggu (27 September 2020).

Tapi seperti apa sebenarnya negara yang “kecil-kecil galak” ini? Ternyata ada sejumlah fakta mengejutkan dari Vanuatu, mulai dari praktik kanibalisme hingga bungee jumping yang pertama kali muncul di sini.

PETA Dunia Negara Vanuatu.
Apa lagi? Berikut di antaranya seperti dilansir vnn.co.id dari situs galamedia yang mendapat sumber dari yts.vu:

1. Baru bebas kanibalisme tahun 1970

Sebagian besar antropolog sepakat kanibalisme di Vanuatu terakhir terjadi pada tahun 1969. Laporan Squires hingga lebih dari 50 tahun lalu, penduduk  pulau Vanuatu memiliki reputasi sebagai kanibal yang menakutkan.

Catatan tahun 1839, dua misionaris Inggris pertama yang akan dikirim dari London Missionary Society dibunuh dan menjadi korban kanibalisme di Pulau Martir yang kini dikenal sebagai Erromango.

"Setelah berkunjung tahun 2008, penulis kami bahkan ditawari tips tentang cara terbaik memasak manusia. Pertama, nenek moyang kita akan menggali lubang di tanah,” ujar seorang warga bernama Berna Kambai.

"Mereka akan memasukkan batu panas ke dalam lubang, lalu memotong jasad  menjadi beberapa bagian dan meletakkannya di atasnya. Mereka akan menambahkan ubi dan talas, lalu menutupnya dengan batu panas dan daun pisang agar uapnya tetap masuk.”

Waktu memanggang standar kabarnya tiga sampai lima jam dan bagian kepala menjadi bagian yang diserahkan pada kepala desa.

2. Negara paling berbahaya

Untuk urusan bencana alam, Vanuatu menjadi negara yang paling berisiko tersapu bencana atau berbahaya.

Laporan World Risk dari Universitas PBB untuk Lingkungan dan Keamanan Manusia menetapkan persentase risiko untuk total 173 negara.

Berdasarkan kemungkinan mengalami gempa bumi, badai, banjir, kekeringan, dan naiknya permukaan laut Vanuatu menduduki peringkat teratas dengan 36,43 persen. Disusul Tonga, Filipina, Guatemala, dan Bangladesh.

3. Penemu bungee jumping

Bungee jumping yang kini menjadi aktivitas para adrenaline junkies ternyata sudah jauh lebih dulu dilakukan di sini. Bahkan bisa jadi lebih ekstrem.

Tepatnya sebagai bagian dari ritual Nanggol di mana warga melompat dari menara kayu setinggi 20-30 meter.

Alat Ritual.
Ritual dilakukan saat tanaman ubi rambat tumbuh di awal April di Pulau Pentakosta. Saat itu warga akan membangun menara kayu dengan tinggi tak kurang dari 20 meter.

Saat menara rampung, biasanya akhir Mei, pria dewasa dan anak-anak akan melompat, terjun bebas dari menara dengan tanaman rambat melilit pergelangan kaki mirip tali pengaman dalam bungee jumping.

Soal persamaan Nanggol dan bungee jumping, ternyata Vanuatu sempat menuntut royalti dari penyedia petualangan modern karena dianggap telah mencuri tradisi mereka.

4. Paling sedikit dikunjungi dan paling bahagia

Transportasi yang sulit dan mahal membuat Vanuatu negara yang paling sedikit dikunjungi warga dunia. Hanya  95.000 orang saja yang berkunjung ke sini tiap tahunnya.

Bisa jadi karena dari Inggris saja misalnya perlu 33 jam dengan biaya £1.647 atau Rp 33 juta untuk mencapainya.

Meski demikian Happy Planet Index sempat menempati posisi keempat negara paling bahagia di dunia.

5. No smoking country

Negara kepulauan Vanuatu ternyata satu dari 10 negara paling bebas tembakau di dunia. Demikian laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) beberapa tahun lalu.

Tak itu saja, pihak berwenang di negara Pasifik Selatan itu pun bertekad melarang makanan Barat yang diimpor sebagai upaya menangkal potensi masalah kesehatan.

Provinsi Torba dengan populasi di bawah 10.000 jiwa dan mayoritas petani juga berniat menerbitkan undang-undang yang melarang semua makanan asing  dengan target menjadi wilayah yang sepenuhnya organik.

Source: Galamedia

TerPopuler

close