VNN.co.id - Kopi, minuman favorit jutaan orang, tak hanya memikat dengan cita rasanya, tetapi juga menawarkan manfaat luar biasa. Kafein dalam kopi terbukti meningkatkan semangat, fokus, dan mengusir kantuk.
Bahkan, penelitian terbaru mengungkap kopi bisa melindungi dari kanker mulut, tenggorokan, dan kotak suara.
Namun, di balik keunggulannya, ada sisi gelap: kopi bisa mengganggu efektivitas obat tertentu!
Apa saja obat yang berisiko, dan bagaimana cara aman menikmati kopi? Simak fakta lengkapnya!
Manfaat Kopi: Lebih dari Sekadar Penyemangat
Senyawa kafein dalam kopi dikenal mampu mendongkrak energi dan konsentrasi. Menariknya, studi dari Journals American Cancer Society, menemukan bahwa minum lebih dari empat cangkir kopi berkafein sehari dapat memangkas risiko kanker kepala dan leher hingga 17%.
Meski begitu, kebiasaan minum kopi harian perlu hati-hati, terutama saat Anda sedang sakit atau mengonsumsi obat. Interaksi tak terduga bisa menurunkan efektivitas obat atau memicu efek samping serius.
Obat-Obat yang Berisiko Terganggu Kopi
Peneliti dari Inggris, Dipa Kamdar, mengungkapkan (via iNews) bahwa kafein dapat berinteraksi dengan obat tertentu, mengurangi khasiatnya, atau memunculkan efek samping.
Berikut daftar obat yang perlu diwaspadai:
Obat Flu
Kafein, sebagai stimulan, mempercepat sistem saraf pusat. Obat flu dan pilek seperti Sudafed mengandung pseudoefedrin, juga stimulan.
Kombinasi keduanya dapat memperkuat efek, menyebabkan kegelisahan, sakit kepala, detak jantung cepat, dan insomnia. Banyak obat flu sudah mengandung kafein, meningkatkan risiko ini.
Studi juga menunjukkan kombinasi ini bisa menaikkan gula darah dan suhu tubuh, berbahaya bagi penderita diabetes. Efek serupa terjadi saat kafein digabung dengan obat ADHD (amfetamin) atau obat asma (teofilin), memicu jantung berdebar dan gangguan tidur.Obat Antidepresan
Penghambat reuptake serotonin selektif (SSRI) seperti sertraline dan citalopram, digunakan untuk depresi dan kecemasan, dapat terhambat oleh kafein.
Studi laboratorium menunjukkan kafein mengikat obat ini di perut, mengurangi penyerapan dan efektivitas. Sementara, antidepresan trisiklik (TCA) seperti amitriptilin dan imipramine dipecah oleh enzim hati CYP1A2, yang juga memetabolisme kafein.
Persaingan ini memperlambat pemecahan obat, meningkatkan efek samping, atau menunda pembersihan kafein, membuat Anda gelisah lebih lama.Obat Tiroid
Levotiroksin, obat standar untuk tiroid kurang aktif, sangat sensitif terhadap waktu. Minum kopi terlalu cepat setelah konsumsi obat ini bisa mengurangi penyerapannya hingga 50%. Kafein mempercepat motilitas usus, membatasi waktu penyerapan obat. Solusi? Studi di Frontiers in Medicine (2022) via Verywellhealth menunjukkan tak ada perbedaan efektivitas levotiroksin saat diminum pagi atau malam. Alternatif lain: pilih kopi tanpa kafein, yang tak terlalu mengganggu pergerakan usus.Obat Pereda Nyeri
Obat bebas seperti aspirin dan paracetamol sering mengandung kafein.
Minum kopi berdekatan dengan obat ini bisa meningkatkan risiko iritasi lambung atau pendarahan, terutama jika dikombinasikan dengan sumber kafein lain.
Meski kopi dapat mempercepat penyerapan aspirin dan efeknya, ini juga menambah risiko efek samping. Belum ada laporan kasus serius, tetapi kehati-hatian tetap dianjurkan.Obat Jantung
Kafein dapat menaikkan tekanan darah dan detak jantung selama 3-4 jam pasca-konsumsi. Ini bisa melawan efek obat tekanan darah atau obat aritmia (irama jantung tak teratur).
Pasien jantung tak harus menghindari kopi sepenuhnya, tetapi perlu memantau gejala, membatasi asupan, atau beralih ke kopi tanpa kafein jika jantung berdebar atau gelisah muncul.
Bagi pecinta kopi yang sedang konsumsi obat, timing adalah kunci. Beri jarak 30-60 menit antara minum obat dan kopi atau sarapan.
Jika Anda mengonsumsi antidepresan, antipsikotik, atau obat tekanan darah, konsultasikan kebiasaan minum kopi dengan dokter.
Pertimbangkan kurangi asupan atau pilih kopi tanpa kafein jika muncul efek samping seperti kegelisahan, insomnia, atau jantung berdebar.
Kopi menawarkan manfaat luar biasa, dari meningkatkan fokus hingga melindungi dari kanker kepala dan leher. Namun, interaksinya dengan obat flu, antidepresan, obat tiroid, pereda nyeri, dan obat jantung bisa berisiko.***