VNN.co.id - Kementerian Keuangan mencatat defisit APBN sebesar Rp 21 triliun hingga akhir Mei 2025. Angka ini setara dengan 0,09 persen dari PDB.
Defisit tersebut lebih kecil dibandingkan Mei 2024, yang mencapai Rp 21,8 triliun. Pemerintah menilai posisi ini masih aman.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan defisit tersebut tidak mengkhawatirkan. "APBN tahun ini menetapkan defisit total Rp 612 triliun, jadi Rp 21 triliun masih sangat kecil," ujarnya dalam konferensi pers APBN KiTa, Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Defisit ini dipicu oleh pendapatan negara yang lebih kecil dibandingkan belanja. Namun, realisasi pendapatan tetap lebih cepat dari belanja.
Hingga Mei 2025, pendapatan negara mencapai Rp 995,3 triliun. Angka ini setara 33,1 persen dari target tahunan Rp 3.005,13 triliun.
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari KOMPAS, pendapatan Mei 2025 lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yakni Rp 810,5 triliun. Kenaikan ini menunjukkan tren positif.
Sri Mulyani menjelaskan, defisit APBN sengaja dirancang untuk menjaga stabilitas ekonomi. "Defisit ini untuk counter cyclical agar tekanan ekonomi tidak berdampak besar pada masyarakat," katanya.
Pemerintah memproyeksikan defisit tahunan mencapai Rp 616,2 triliun. Angka ini setara dengan 2,53 persen dari PDB.
Meski defisit, Sri Mulyani optimistis APBN tetap mampu menjaga perekonomian. Ia menegaskan pengelolaan anggaran terus dilakukan secara hati-hati.
Realisasi belanja negara hingga Mei 2025 juga terus dipantau ketat. Pemerintah berupaya menjaga keseimbangan fiskal hingga akhir tahun.