Seorang Ayah Dirikan Tenda di Atas Bukit Demi Kuliah Anak -->
IKLAN PEMDA BEKASI HUT RI 2023 VNNCOID

Seorang Ayah Dirikan Tenda di Atas Bukit Demi Kuliah Anak

, 12/05/2020 12:43:00 PM
Tenda untuk pembelajaran online, Bukit Petai Tujuh, Kelantan, Malaysia.


Vnn.co.id, Malaysia - Semenjak pandemi mewabah di Indonesia, pemerintah mengimbau masyarakat untuk menghindari kerumunan demi mencegah penyebaran Covid-19. Oleh sebab itu, pemerintah menerapkan pembelajaran online bagi siswa maupun mahasiswa. 

Namun, tidak semua wilayah Indonesia memiliki jaringan internet yang baik, banyak siswa mengeluh karena jaringan mereka yang kurang baik membuat mereka sulit mengikuti pembelajaran online.

Banyak cerita haru dan menginspirasi dari kalangan siswa maupun mahasiswa, banyak dari mereka melakukan hal-hal positif hingga bekerja demi membeli handphone untuk belajar online kisah inspirasi mereka banyak dibagikan oleh warganet. Mengharapkan semoga semua siswa maupun mahasiswa  terinspirasi dan bersyukur atas apa yang mereka miliki sekarang. 

Seperti kisah seorang ayah mendirikan tenda di atas bukit setinggi 20 meter agar putrinya bisa mengikuti pembelajaran online karena buruknya jaringan internet di desa mereka.

Nurlieda Khaleeda, berusia 20 tahun merupakan seorang mahasiswa tahun kedua Teknologi Laboratorium Medis dari Universitas Malaya. Selama pandemi, Nurleida menjalani pembelajaran online yang memerlukan jaringan internet. Namun sayang, di desa mereka tidak memiliki jaringan internet yang memadai.

Ia menceritakan sebelum ayahnya Mohd Azmi Ahmad mendirikan ruang kelas, Nurlieda biasa pergi ke kota sekitar tiga kilometer jauhnya, untuk mendapatkan koneksi Internet yang layak. Namun, diberlakukannya PSBB di Kelantan selama dua minggu mulai 21 November, ayahnya memutuskan untuk mendirikan tenda untuknya.

Mohd Azmi juga menempatkan beberapa kursi dan meja di tenda yang didirikan sekitar 30 m dari rumah mereka untuk memastikan putrinya dapat belajar dengan nyaman. Nurlieda Khaleeda mengatakan, dia menggunakan ruang kelas itu hampir setiap hari selama PSBB, tetapi tidak pada malam hari. Karena dia khawatir akan keselamatannya dan risiko terpapar hewan berbisa seperti ular.

Dia juga membawa laptop serta modem nirkabelnya dan menghabiskan waktu sekitar dua sampai tiga jam sehari di tenda untuk menjalani sesi belajar atau ujian.

“Yang paling mengkhawatirkan saya adalah saya saat ini mengikuti ujian dari 23 November hingga 3 Desember. Saya harus menyalakan kamera ponsel saya agar dosen dapat memantau saya," tutur Nurlieda.

“Saya cukup stres dengan koneksi internet yang terputus-putus di desa yang membuat saya kesulitan untuk mengikuti ujian. Padahal, dua jam yang disediakan tidak cukup karena koneksi yang tidak stabil. Kalau Internet terputus, saya harus mulai lagi dan tidak ada waktu tambahan,” imbuhnya.

Mohd Azmi mengatakan bahwa masalah jangkauan internet dan telekomunikasi bukanlah hal baru, dan mereka yang berada di lima desa terdekat juga menghadapi kesulitan serupa.

Penulis: Dwijayanti

Editor: Mega

TerPopuler

close